LAPORAN PENDAHULUAN
Syok Hipovolemik
DISUSUN
OLEH
NURRAHMAYANI
70300112023
PRODI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
2015
LAPORAN PENDAHULUAN
SYOK HIPOVOLEMIK
A. KONSEP MEDIS
1.
Pengertian
Syok hipovolemik
diinduksi oleh penurunan volume darah, yang terjadi secara langsung karena
perdarahan hebat atau tudak langsung karena hilangnya cairan yang berasal dari
plasma (misalnya, diare berat, pengeluaran urin berlebihan, atau keringat
berlebihan).
2.
Etiologi
Menurut Toni Ashadi (2006), Syok
hipovolemik yang dapat disebabkan oleh hilangnya cairan intravaskuler, misalnya
terjadi pada:
a.
Kehilangan
darah atau syok hemorargik karena perdarahan yang mengalir keluar tubuh seperti
hematotoraks, ruptur limpa, dan kehamilan ektopik terganggu.
b.
Trauma yang
berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan darah yang besar.
Misalnya : fraktur humerus menghasilkan 500-1000 ml perdarahan atau fraktur
femur menampung 1000-1500 ml perdarahan.
c.
Kehilangan
cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi karena kehilangan protein plasma
atau cairan ekstraseluler, misalnya pada:
1)
Gastrointestinal
: peritonitis, pankreatitis, dan gastroenteritis
2)
Renal
: terapi diuretik, krisis penyakit addison
Luka bakar (kombutsio) dan anafilaksis
3. Patofisiologi
Tahap-tahap syok :
Karena sifat-sifat khas dari syok
sirkulasi dapat berubah pada berbagai derajat keseriusan, Menurut Guyton,
(1997) syok dibagi dalam tida tahap utama yaitu :
a.
Tahap
nonprogresif (atau tahap kompensasi), sehingga mekanisme kompensasi sirkulasi
normal akhirnya akan menyebabkan pemulihan sempurna tanpa dibantu terapi dari
luar.
b.
Tahap
progresif, ketika syok menjadi semakin buruk sampai timbul kematian.
c.
Tahap
ireversibel, ketika syok telah jauh berkembang sedemikian rupa sehingga semua
bentuk terapi yang diketahui tidak mampu lagi menolong penderita, meskipun pada
saat itu, orang tersebut masih hidup
4.
Manifestasi klinik
Gejala syok hipovolemik cukup
bervariasi, tergantung pada usia, kondisi premorbid, besarnya volume cairan
yang hilang, dan lamanya berlangsung. Kecepatan kehilangan cairan tubuh
merupakan faktor kritis respon kompensasi. Pasian muda dapat dengan mudah mengkompensasi
kehilangan cairan dengan jumlah sedang vasokontriksinya dan takikardia.
Kehilangan volume yang cukup besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada
pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam
waktu yang cepat atau singkat. (Toni Ashadi,
2006).
Apabila syok telah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan
hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali dalam
beberapa menit. Tanda-tanda
syok adalah menurut Toni Ashadi, 2006 adalah:
a.
Kulit
dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler selalu
berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.
b.
Takhikardi
: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respon homeostasis penting
untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah ke homeostasis penting
untuk hopovolemia.peningkatan kecepatan aliran darah ke mikrosirkulasi
berfungsi mengurangi asidosis jaringan.
c.
Hipotensi
: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah sistemik dan
curah jantung, vasokontriksi perifer adalah faktor yang esensial dalam
mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat
dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak dibawah 70 mmHg.
d.
Oliguria
: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik. Oliguria pada
orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30ml/jam.
5.
Pemeriksaan
Penunjang
a.
Pasien
dengan hipotensi dan/atau kondisi tidak stabil harus pertama kali diresusitasi
secara adekuat. Penanganan ini lebih utama daripada pemeriksaan radiologi dan
menjadi intervensi segera dan membawa pasien cepat ke ruang operasi.
b.
Langkah
diagnosis pasien dengan trauma, dan tanda serta gejala hipovolemia langsung
dapat ditemukan kehilangan darah pada sumber perdarahan.
c.
Pasien
trauma dengan syok hipovolemik membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi di unit
gawat darurat jika dicurigai terjadi aneurisma aorta abdominalis. Jika
dicurigai terjadi perdarahan gastrointestinal, sebaiknya dipasang selang
nasogastrik, dan gastric lavage harus dilakukan. Foto polos dada posisi tegak
dilakukan jika dicurigai ulkus perforasi atau Sindrom Boerhaave. Endoskopi
dapat dilakukan (biasanya setelah pasien tertangani) untuk selanjutnya mencari
sumber perdarahan.
d.
Tes
kehamilan sebaiknya dilakukan pada semua pasien perempuan usia subur. Jika
pasien hamil dan sementara mengalami syok, konsultasi bedah dan ultrasonografi
pelvis harus segera dilakukan pada pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas
tersebut. Syok hipovolemik akibat kehamilan ektopik sering terjadi. Syok
hipovolemik akibat kehamilan ektopik pada pasien dengan hasil tes kehamilan
negatif jarang, namun pernah dilaporkan.
e.
Jika
dicurigai terjadi diseksi dada karena mekanisme dan penemuan dari foto polos
dada awal, dapat dilakukan transesofageal echocardiography, aortografi, atau
CT-Scan dada.
f.
Jika
dicurigai terjadi cedera abdomen, dapat dilakukan pemeriksaan FAST (Focused
Abdominal Sonography for Trauma) yang bisa dilakukan pada pasien yang stabil
atau tidak stabil. CT-Scan umumnya dilakukan pada pasien yang stabil.
g.
Jika
dicurigai fraktur tulang panjang, harus dilakukan pemeriksaan radiologi
6.
Komplikasi
a.
Gagal
jantung Gagal ginjal
b.
Kerusakan
jaringan ARDS (Acute Respiratory Disstres Syndrom)
c.
Kerusakan
otak irreversible
d.
Dehidrasi
kronis
e.
Multiple
organ failure DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)
7.
Penatalaksanaan.
Tujuan utama dalam mengatasi syok
hipovolemik adalah :
a.
Memulihkan
volume intravascular untuk membalik urutan peristiwa sehingga tidak mengarah
pada perfusi jaringan yang tidak adekuat.
b.
Meredistribusi
volume cairan, dan
c.
Memperbaiki
penyebab yang mendasari kehilangan cairan secepat mungkin.
F Penanganan Pre
Hospital
Jaga
jalan napas korban Cegah perdarahan yang berlanjut dengan balut tekan dan
penggian tungkai sekitar 8-12 inchi. Jaga suhu tubuh pasien tetap hangat,
lakukan penanganan cedera pasien secara khusus selam menunggu bantuan medis.
Periksa denyut nadi, suhu dan pernapasan setiap 5 menit sekali.
F Penanganan
Hospitalisasi
Pastikan
jalan napas dan sirkulasi dipertahankan (beri bantuan ventilator tambahan
sesuai kebutuhan). Perbaiki volume darah sirkulasi dengan penggantian cairan
dan darah cepat sesuai ketentuan untuk mengoptimalkan preload jantung,
memperbaiki hipotensi, dan mempertahankan perfusi jaringan. Mulai infus IV (RL,
NaCL), pasang kateter urine tidak menetap (catat keluaran urine setiap 15-30
menit, volume urine menuujukkan keadekuatan perfusi ginjal) Pertahankan
surveilans keperawatan (TD, denyut jantung, pernapasan, suhu kulit, warna, cup
EKG, hematokrit, Hb, untuk mengkaji
responàgambaran
koagulasi, elektrolit, keluaran urine urin terhadap tindakan). Tinggikan kaki
sedikit untuk memeperbaiki sirkulasi serebral dan mendorong aliran darah vena
kembali ke jantung. Beri obat khusus yang telah di resepkan (misal: dopamin
untuk meningkatkan kerja jantung). Dukung mekanisme defensif tubuh dengan cara,
tenangkan dan nyamankan pasien, hilanhkan nyeri, pertahankan suhu tubuh (jangan
terlalu tinggi dan jangan terlalu rendah).
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a.
Data
Umum Klien, berisi data-data umum tentang pasien misalnya nama, umur, jenis
kelamin, pekerjaan, alamat, tanggal masuk RS
b.
Pengkajian
Primer
1)
Airway,
kaji kepatenan jalan nafas klien, adanya sumbatan atau obstruksi, serta kaji
bunyi nafas tambahan
2)
Breathing,
kaji pola nafas klien, frekuensi pernafasan, pergerakan dada klien, bentuk
dada, atau adanya bantuan pernafasan
3)
Circulation,
kaji tanda-tanda vital klien, adanya akral dingin dan kaji Capillary Refill
Time (CRT)
4)
Disability,
kaji adanya penurunan tingkat kesadaran, adanya ganggun verbal, motorik dan
sesorik serta refleks pupil.
c.
Pengkajian
Sekunder (13 Domain NANDA)
1)
Promosi
Kesehatan, kaji kesehatan umum klien, alasan masuk rumah sakit, dan riwayat
keluhan utama klien, riwayat penyakit masa lalu, riwayat pengobatan masa lalu,
kemampuan mengontrol kesehatan, faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap
kesehatan, riwayat pengobatan sekarang.
2)
Nutrisi,
melakukan pengkajian antropometri (Tinggi badan, berat badan, lingkar kepala,
lingkar dada, lingkar lengan atas,Indeks Massa Tubuh), Biochemical (data
laboratorium yang abnormal), Clinical (tanda-tanda klinis integumen, anemia),
Diet (meliputi jenis, frekuensi, nafsu terhadap makanan yang diberikan selama
di RS), Energi (kemampuan beraktivitas selama dirawat), Factor (penyebab
masalah), Penilaian Status Gizi, pola asupan cairan, jumlah intake dan output,
penilaian status cairan (balance cairan), pemeriksaan abdomen.
3)
Eliminasi,
mengkaji pola pembuangan urine, riwayat kandung kemih, pola urine, distensi
kandung kemih, sistem gastrointestinal (konstipasi dan faktor penyebab, pola
eliminasi)
4)
Aktivitas
dan Istirahat, mengkaji kebutuhan istirahat/tidur, aktivitas, respons jantung,
pulmonary respon, sirkulasi, riwayat hipertensi, kelainan katup, bedah jantung,
endokarditis, anemia, septik syok, bengkak pada kaki, asites, takikardi, disritmia,
atrial fibrilasi, prematur ventricular contraction, bunyi S3 gallop, adanya
bunyi CA, adanya sistolik atau diastolik, murmur, peningkatan JVP, adanya nyeri
dada, sianosis, pucat,ronchi, hepatomegali
5)
Persepsi
dan Kognisi, mengkaji orientasi klien, sensasi dan persepsi, kemampuan
komunikasi
6)
Persepsi
diri
7)
Peranan
Hubungan (Role Relationship) mengkaji pola interaksi dengan orang lain atau
kedekatan dengan anggota keluarga atau orang terdekat
8)
Seksualitas,
mengkaji masalah identitas seksual, masalah atau disfungsi seksual
9)
Mekanisme
Koping/ Toleransi Stress
10) Nilai-Nilai
Kepercayaan
11) Keamanan,
mengkaji adanya alergi, penyakit autoimmune, tanda-tanda infeksi, gangguan
termoregulasi, gangguan/ komplikasi (akibat tirah baring, proses perawatan,
jatuh, obat-obat, penatalaksanaan)
12) Kenyamanan,
mengkaji adanya nyeri yang diarasakan (PQRST), rasa tidak nyaman lainnya serta
gejala-gejala yang menyertai
13) Pertumbuhan dan
Perkembangan
2.
Diagnosa
Keperawatan
a.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan makanan tidak adekuat , mual muntah
b.
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya eksudat di alveoli akibat edema
paru.
c.
Ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer berhubungan dengan kongesti sistemik, kerusakan transpor oksigen,
hipervolemia, hipoventilasi, gangguan aliran arteri, gangguan aliran vena
d.
Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan ketidak seimbangan perfusi-ventilasi, perubahan membran kapiler
alveoli karena adanya penumpukan cairan
di rongga paru
e.
Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan
dengan penurunan kekuatan/ tahanan
f.
Intoleransi Aktivitas berhubungan
dengan kelemahan umum dan imobilitas
g.
Kurangnya
pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang informasi
h.
Ansietas berhubungan dengan proses
penyakit, ancaman atau perubahan pada status kesehatan
3.
Intervensi
Keperawatan
a.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan makanan tidak adekuat , mual muntah
Kriteria Hasil :
1)
Status Gizi
: Asupan Gizi : Keadekuatan pola asupan zat gizi yang biasanya
2)
Selera Makan
: Keinginan untuk makan dalam keadaan sakit atau sedang menjalani pengobatan
Intervensi :
1)
Manajemen
Nutrisi : membantu atau menyediakan asupan makanan dan cairan diet seimbang
Aktivitas Keperawatan
-
Ketahui
makanan kesukaan pasien
Rasional : makanan kesukaan biasanya meningkatkan
selera makan
-
Pantau
kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
Rasional : Kandungan nutrisi yang tepat untuk meningkatkan
energi klien beraktivitas
-
Berikan
informasi mengenai kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya
Rasional : agar klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
dan energi secara mandiri
-
Kolaborasi
dengan ahli gizi (jika perlu) jumlah kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan
Rasional : pemenuhan nutrisi klien secara tepat
melalui gizi klinik
b.
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya eksudat di alveoli akibat edema
paru.
Kriteria
Hasil:
1)
Bernapas
dengan mudah dan tanpa dispnea
2)
Menunjukkan
kapasitas ventilasi yang membaik
3)
Melakukan
aktivitas sesuai kemampuan.
Intervensi:
1)
Instruksikan
dan/ atau awasi latihan pernapasan dan pernapasan terkontrol
Rasional : untuk
meningkatkan pernapasan disfragmatik yang tepat, ekspansi sisi, dan perbaikan
mobilitas dinding dada.
2)
Instruksikan pasien pada metode yang
tepat dalam mengontrol batuk
Rasional
: Batuk yang tidak terkontrol melelehkan dan in efektif dapat menimbulkan
frustasi
3)
Observasi TTV
Rasional : Mengetahui keadaan umum pasien
4)
Dorong
postur tubuh yang baik untuk ekspansi paru maksimum.
Rasional :
Posisi tubuh yang tepat dapat membantu ekspansi paru maksimum
5)
Bantu
klien dalam memilih aktivitas yang tepat sesuai kemampuan.
Rasional :
Aktivitas yang dapat ditoleransi agar tidak memperberat kondisi klien
c.
Ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer berhubungan dengan kongesti sistemik, kerusakan transpor oksigen,
hipervolemia, hipoventilasi, gangguan aliran arteri, gangguan aliran vena
Kriteria Hasil :
1)
Perfusi
jaringan : perifer : keadekuatan aliran darah melalui pembuluh darah kecil
ekstremitas untuk mempertahankan fungsi jaringan
Intervensi :
1)
Perawatan
Sirkulasi : Meningkatkan sirkulasi arteri dan vena
Aktvitas Keperawatan :
-
Kaji
secara komprehensif sirkulasi perifer (edema, CFR, warna, suhu, nadi perifer)
Rasional : untuk membantu penegakan
diagnosa dan pemberian intervensi yang tepat
-
Letakkan
ekstremitas pada posisi menggantung, jika perlu
Rasional : untuk mencegah edema pada area luka
-
Pantau
parestesia (kebas, kesemutan, hiperestesia, dan hipoestesia)
Rasional : untuk mengetahui tingkat sensasi perifer
-
Lakukan
modalitas terapi kompresi, jika perlu
Rasional : untuk memperbaiki aliran darah arteri dan
vena
-
Kolaborasi
pemberian obat anti trombosit atau antikoagulan, jika perlu
Rasional : untuk mencegah pembekuan darah atau
terbentuknya emboli
d.
Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan ketidak seimbangan perfusi-ventilasi, perubahan membran kapiler
alveoli karena adanya penumpukan cairan
di rongga paru
Kriteria
Hasil :
1)
Terlihat
adekuatnya ventilasi dan oksigenasi dari jaringan dimana dalam batas-batas
normal dan bebas dari gejala respiratory distress
2)
Berpartisipasi
dalam pengobatan
Intervensi
:
1)
Auskultasi
suara pernafasan, catat adanya wheezing
Rasional : Menandakan
adanya kongestif paru/pengumpulan sekresi
2)
Ajarkan
klien untuk batuk secara efektif dan bernafas dalam
Rasional : Membersihkan jalan nafas dan memudahkan pertukaran
oksigen
3)
Support
klien untuk merubah posisi
Rasional
: Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia
4)
Atur
posisi tidur dengan bagian kepala ditinggikan 200 - 300,
semi fowler, beri bantal pada siku
Rasional : Mengurangi kebutuhan oksigen dan meningkatkan pengembangan paru secara maksimal
5)
Kolaborasi
pemberian oksigen sesuai dengan kebutuhan
Rasional
: Meningkatkan konsentrasi oksigen alveoli dimana dapat mengurangi hipoksemia
jaringan
e.
Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan
dengan penurunan kekuatan/ tahanan
Kriteria Hasil : Klien dapat
meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
dapat mempertahankan posisi fungsional, meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit
dan mengkompensasi bagian tubuh, menunjukkan tekhnik yang memampukan melakukan
aktivitas.
Intervensi:
1)
Pertahankan
pelaksanaan aktivitas rekreasi terapeutik (radio, koran, kunjungan teman/keluarga)
sesuai keadaan klien.
Rasional : Memfokuskan perhatian,
meningkatakan rasa kontrol diri/harga diri, membantu menurunkan isolasi sosial.
2)
Bantu
latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit maupun yang sehat
sesuai keadaan klien.
Rasional : Meningkatkan sirkulasi darah
muskuloskeletal, mempertahankan tonus otot, mempertahakan gerak sendi, mencegah
kontraktur/atrofi dan mencegah reabsorbsi kalsium karena imobilisasi.
3)
Bantu
dan dorong perawatan diri (kebersihan/eliminasi) sesuai keadaan klien.
Rasional : Mempertahankan posis
fungsional ekstremitas.
4)
Ubah
posisi secara periodik sesuai keadaan klien.
Rasional : Meningkatkan kemandirian
klien dalam perawatan diri sesuai kondisi keterbatasan klien.
5)
Dorong/pertahankan
asupan cairan 2000-3000 ml/hari.
Rasional : Menurunkan insiden komplikasi
kulit dan pernapasan (dekubitus, atelektasis, penumonia) Mempertahankan hidrasi
adekuat, men-cegah komplikasi urinarius dan konstipasi.
6)
Berikan
diet TKTP.
Rasional : Kalori dan protein yang cukup
diperlukan untuk proses penyembuhan dan mem-pertahankan fungsi fisiologis
tubuh.
7)
Kolaborasi
pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.
Rasional : Kerjasama dengan fisioterapis
perlu untuk menyusun program aktivitas fisik secara individual.
f.
Intoleransi Aktivitas berhubungan
dengan kelemahan umum dan imobilitas
Kriteria
Hasil :
1)
Ketahanan : Kapasitas untuk
menyelesaikan aktivitas
2)
Penghematan energi : tindakan individu
untuk mengelola energi untuk memulai dan menyelesaikan aktivitas
Intervensi
:
1)
Terapi latihan fisik : Mobilitas
Sendi : menggunakan gerakan tubuh aktif atau pasif untuk mempertahankan atau
memperbaiki fleksibilitas sendi
Aktivitas
Keperawatan :
-
Kaji penyebab kelemahan
Rasional
: untuk pemberian intervensi yang tepat mengatasi penyebab
-
Pantau TTV sebelum, selama dan
setelah aktivitas
Rasional
: untuk melihat aktivitas yang dapat ditoleransi oleh dan tidak dapat
ditoleransi misalnya nyeri dada, pucat, vertigo, dispnea.
-
Anjurkan periode untuk istirahat dan
aktivitas secara bergantian.
Rasional
: untuk pengaturan energi sehingga energi cukup untuk beraktivitas
-
Bantu klien melakukan Range of
Motion
Rasional
: untuk melatih fleksibiltas sendi
-
Kolaborasi pengobatan pereda nyeri
sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu penyebab
Rasional
: agar nyeri tidak mengganggu aktivitas
g.
Kurangnya
pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang informasi
Kriteria hasil :
1)
Pengetahuan tentang proses penyakit
: Tingkat pemahaman yang ditunjukkan tentang proses penyakit
Intervensi :
1)
Penyuluhan :
Proses Penyakit : Membantu pasien memahami informasi yang berhubungan dengan
proses penyakit tertentu
Aktivitas Keperawatan :
·
Kaji sejauh
mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya
Rasional : mengetahui apa yang diketahui pasien
tentang penyakitnya.
·
Beri
pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien
Rasional : supaya pasien tahu tata laksana penyakit,
perawatan penyakitnya.
·
Beri kesempatan
pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti
Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien
dan keluarga pasien setelah di beri penjelasan tantang penyakitnya.
·
Beri
reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat
Rasional : memberikan rasa percaya diri pasien dalam
kesembuhan sakitnya
h.
Ansietas berhubungan dengan proses
penyakit, ancaman atau perubahan pada status kesehatan
Kriteria hasil:
1)
Ansietas
berkurang
2)
Menunjukkan
pengendalian diri terhadap ansietas
Intervensi :
1)
Kaji
dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.
Rasional :
faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri, potensial siklus
ansietas, dan dapat mempengaruhi upaya medik untuk mengontrol ansietas.
2)
Beri
dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan perasaan
untuk mengeksternalisasikan ansietas.
Rasional :
membantu pasien menurunkan ansietas dan memberikan kesempatan untuk pasien
menerima situasi nyata.
3)
Berikan
informasi faktual menyangkut diagnosis, terapi,dan prognosis.
Rasional:
menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan/harapan yang akan datang
dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan informasi tentang pengobatan.
4)
Jelaskan
semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya di alami selama prosedur.
Rasional:
memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat.
Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi,
kerjasama penuh penting untuk keberhasilan hasil setelah prosedur
5)
Ajarkan
teknik relaksasi misalnya imajinasi terbinbing, visualisasi.
Rasional :
memfokuskan perhatian pasien, membantu menurunkan Ansietas dan meningkatkan proses penyembuhan
6)
Kolaborasi
pemberian obat untuk menurunkan ansietas, jika perlu.
Rasional:
dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan memudahkan istirahat.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner,
Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah
edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Corwin,
Elizabeth J. 2009. Buku Saku
Patofisiologi. Jakarta: EGC
Doengoes, Marilyn.E dkk. 1999.
Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Doengoes, Marilyn.E dkk. 2000.
Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Grace, Pierce A. & Neil R.
Borley. 2006. At A Glance Ilmu Bedah Edisi 3.Jakarta: Erlangga.
Riyawan. 2012. http://blogriyawan.makalah-fraktur-1.html diakses pada tanggal 14 Oktober 2014 pukul 15.15
WITA.
Wilkinson, Judith.M, Nancy R.Ahern.
2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan :
Diagnosa NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC
No comments:
Post a Comment