LAPORAN PENDAHULUAN
Penyakit Paru Obstruktif Kronik
DISUSUN
OLEH
NURRAHMAYANI
70300112023
PRODI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN & ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
2015
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK
A.
KONSEP MEDIS
1.
Pengertian
PPOK Merujuk pada sejumlah gangguan yang
mempengaruhi pergerakan udara dari dan keluar Paru. Gangguan yang penting
adalah Bronkhitis Obstruktif, Emphysema dan Asthma Bronkiale. (Black. J. M.
& Matassarin,.E. J. 1993).
Suatu
kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus menerus. Proses
penyakit ini adalah seringkali kombinasi dari 2 atau 3 kondisi berikut ini
(Bronkhitis Obstruktif Kronis, Emphysema dan Asthma Bronkiale) dengan suatu
penyebab primer dan yang lain adalah komplikasi dari penyakit primer.(Enggram,
B. 1996)
2.
Etiologi
a.
Bronkitis
Kronis
1)
Faktor
tak diketahui
2)
Merokok
3)
Polusi
Udara
4)
Iklim
b.
Emphysema
1)
Faktor
tak diketahui
2)
Predisposisi
genetic
3)
Merokok
4)
Polusi
udara
c.
Asthma
Bronkiale
Faktor Prediasposisi nya
adalah :
1.
Alergen
(debu, bulu binatang, kulit dll)
2.
Infeksi
saluran nafas
3.
Stress
4.
Olahraga
(kegiatan jasmani berat )
5.
obat-obatan
6.
Polusi
udara
7.
lingkungan
kerja
8.
Lain-lain,
(iklim, bumbu masak, bahan pengawet dll)
3.
Patofisiologi
Saluran nafas
dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan oksigen untuk
keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air sebagai hasil
metabolisme. Proses ini terdiri dari 3 tahap yaitu ventilasi, difusi dan
perfusi. Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru.
Difusi adalah proses pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah,
sedangkan perfusi adalah distribusi darah yang sudah teroksigenasi.
Gangguan
ventilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu gangguan pengembangan paru
serta gangguan obstruksi berupa perlambatan aliran udara di saluran nafas.
Parameter yang sering dipakai untuk melihat gangguan restriksi adalah kapasitas
vital (KV), sedangkan untuk gangguan obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1), dan rasio
volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas vital paksa
(VEP1/KVP).
Faktor resiko
utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-komponen asap rokok merangsang
perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi
bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu
sistem eskalator mukusiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam
jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran nafas. Mukus berfungsi sebagai
tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen.
Timbul peradangan yang menyebabkan edema jaringan. Proses ventilasi terutama
ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang
dan sulit dikeluarkan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan.
Komponen-komponen
asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik pada paru.
Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-struktur
penunjang pada paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya
alveolus, maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada
ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru
secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian. Apabila tidak terjadi recoil
pasif, maka udara akan terperangkap didalam paru dan saluran udara kolaps.
Berbeda dengan
asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa eosinofil, komposisi seluler
pada inflamasi saluran nafas pada PPOK predominan dimediasi oleh neutrofil.
Asap rokok menginduksi makrofag untuk melepaskan Neutrophil Chemotactic Factors dan elastase, yang tidak diimbangi
dengan antiprotease, sehingga terjadi kerusakan jaringan. Selama eksaserbasi
akut, terjadi perburukan pertukaran gas dengan adanya ketidakseimbangan
ventilasi perfusi. Kelainan ventilasi berhubungan dengan adanya inflamasi jalan
nafas, edema, bronkokonstriksi, dan hipersekresi mukus. Kelainan perfusi
berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada arteriol
4.
Manifestasi klinik
Selama
eksaserbasi akut, gejala yang nampak meliputi
a. Batuk bertambah
berat
b. Produksi sputum
bertambah
c. Sputum berubah
warna
d. Sesak nafas
bertambah berat
e. Bertambahnya
keterbatasan aktivitas
f. Terdapat gagal
nafas akut pada gagal nafas kronis
g. Penurunan
kesadaran
5.
Pemeriksaan
Penunjang
a.
Pemeriksaan
Radiologi
1)
Pada
bronkhitis kronis ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
a)
Tubular
shadows atau farmlines terlihat bayangan garis-garis yang paralel, keluar dari
hillus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan bronkus yang
menebal
b)
Corak
paru bertambah
2)
Pada
emfisema, terdapat 2 kelainan foto dada :
a)
Gambaran
defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan bula. Keadaan
ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan pink puffer.
b)
Corakan
paru yang bertambah
b.
Analisis
gas darah. Pada bronkhitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul
sianosis, terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoiesis.
Hipoksi kronik merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan
polisitemia. Pada usia 55-60 tahun polisitemia menyebabkan jantung kanan harus
bekerja lebih berat dan merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.
c.
EKG,
Kelainan paling dini adalah rotasi clockwise jantung. Bila sudah terdapat kor
pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada hantaran II, III
dan aVF. Voltase QRS rendah di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S
kurang dari 1.
d.
Kultur
sputum, untuk mengetahui patogen penyebab infeksi
e.
Laboratorium
darah lengkap
6.
Komplikasi
a.
Hipoksemia
b.
Asidosis
Respiratory
c.
Infeksi
Respiratory
d.
Gagal
Jantung
e.
Cardiac
disritmia
f.
Status
Asmatikus
7.
Penatalaksanaan.
Penatalaksanaan
PPOk pada lansia sebagai berikut :
a. Meniadakan
faktor etiologi atau presipitasi, misalnya segera menghentikan merokok,
menghindari polusi udara
b. Membersihkan
sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara
c. Memberantas infeksi
dengan antimikroba. Apabila tak ada infeksi antimikroba tidak perlu diberikan.
Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman penyebab yaitu sesuai
hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik
d. Mengatasi
bronkospasme dengan obat bronkodilator.
e. Pengombatan
simptomatik
f. Penanganan
terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul
g. Pengobatan
oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan aliran lambat 1-2
liter/menit
Tidakan
rehabilitasi meliputi :
a.
Fisioterapi,
terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran sekret bronkus
b.
Latihan
pernafasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernafasan yang paling
efektif
c.
Latihan
dengan beban olahraga tertentu, untuk memulihkan kesegaran jasmani
d.
Vocational
guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat kembali
mengerjakan pekerjaan semula
.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a.
Data
Umum Klien, berisi data-data umum tentang pasien misalnya nama, umur, jenis
kelamin, pekerjaan, alamat, tanggal masuk RS
b.
Pengkajian
Primer
1)
Airway,
kaji kepatenan jalan nafas klien, adanya sumbatan atau obstruksi, serta kaji
bunyi nafas tambahan
2)
Breathing,
kaji pola nafas klien, frekuensi pernafasan, pergerakan dada klien, bentuk
dada, atau adanya bantuan pernafasan
3)
Circulation,
kaji tanda-tanda vital klien, adanya akral dingin dan kaji Capillary Refill
Time (CRT)
4)
Disability,
kaji adanya penurunan tingkat kesadaran, adanya ganggun verbal, motorik dan
sesorik serta refleks pupil.
c.
Pengkajian
Sekunder (13 Domain NANDA)
1)
Promosi
Kesehatan, kaji kesehatan umum klien, alasan masuk rumah sakit, dan riwayat
keluhan utama klien, riwayat penyakit masa lalu, riwayat pengobatan masa lalu,
kemampuan mengontrol kesehatan, faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap
kesehatan, riwayat pengobatan sekarang.
2)
Nutrisi,
melakukan pengkajian antropometri (Tinggi badan, berat badan, lingkar kepala,
lingkar dada, lingkar lengan atas,Indeks Massa Tubuh), Biochemical (data
laboratorium yang abnormal), Clinical (tanda-tanda klinis integumen, anemia),
Diet (meliputi jenis, frekuensi, nafsu terhadap makanan yang diberikan selama
di RS), Energi (kemampuan beraktivitas selama dirawat), Factor (penyebab
masalah), Penilaian Status Gizi, pola asupan cairan, jumlah intake dan output,
penilaian status cairan (balance cairan), pemeriksaan abdomen.
3)
Eliminasi,
mengkaji pola pembuangan urine, riwayat kandung kemih, pola urine, distensi
kandung kemih, sistem gastrointestinal (konstipasi dan faktor penyebab, pola
eliminasi)
4)
Aktivitas
dan Istirahat, mengkaji kebutuhan istirahat/tidur, aktivitas, respons jantung,
pulmonary respon, sirkulasi, riwayat hipertensi, kelainan katup, bedah jantung,
endokarditis, anemia, septik syok, bengkak pada kaki, asites, takikardi, disritmia,
atrial fibrilasi, prematur ventricular contraction, bunyi S3 gallop, adanya bunyi
CA, adanya sistolik atau diastolik, murmur, peningkatan JVP, adanya nyeri dada,
sianosis, pucat,ronchi, hepatomegali
5)
Persepsi
dan Kognisi, mengkaji orientasi klien, sensasi dan persepsi, kemampuan
komunikasi
6)
Persepsi
diri
7)
Peranan
Hubungan (Role Relationship) mengkaji pola interaksi dengan orang lain atau
kedekatan dengan anggota keluarga atau orang terdekat
8)
Seksualitas,
mengkaji masalah identitas seksual, masalah atau disfungsi seksual
9)
Mekanisme
Koping/ Toleransi Stress
10) Nilai-Nilai
Kepercayaan
11) Keamanan, mengkaji
adanya alergi, penyakit autoimmune, tanda-tanda infeksi, gangguan
termoregulasi, gangguan/ komplikasi (akibat tirah baring, proses perawatan,
jatuh, obat-obat, penatalaksanaan)
12) Kenyamanan,
mengkaji adanya nyeri yang diarasakan (PQRST), rasa tidak nyaman lainnya serta
gejala-gejala yang menyertai
13) Pertumbuhan dan
Perkembangan
2.
Diagnosa
Keperawatan
a.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan makanan tidak adekuat , mual muntah
b.
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya eksudat di alveoli akibat edema
paru.
c.
Ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer berhubungan dengan kongesti sistemik, kerusakan transpor oksigen,
hipervolemia, hipoventilasi, gangguan aliran arteri, gangguan aliran vena
d.
Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan ketidak seimbangan perfusi-ventilasi, perubahan membran kapiler
alveoli karena adanya penumpukan cairan
di rongga paru
e.
Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan
dengan penurunan kekuatan/ tahanan
f.
Gangguan Pola Tidur berhubungan
dengan dispena, othopnea
g.
Intoleransi Aktivitas berhubungan
dengan kelemahan umum dan imobilitas
h.
Kurangnya
pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang informasi
i.
Ansietas berhubungan dengan proses
penyakit, ancaman atau perubahan pada status kesehatan
3.
Intervensi
Keperawatan
a.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan makanan tidak adekuat , mual muntah
Kriteria Hasil :
1)
Status Gizi
: Asupan Gizi : Keadekuatan pola asupan zat gizi yang biasanya
2)
Selera Makan
: Keinginan untuk makan dalam keadaan sakit atau sedang menjalani pengobatan
Intervensi :
1)
Manajemen
Nutrisi : membantu atau menyediakan asupan makanan dan cairan diet seimbang
Aktivitas Keperawatan
-
Ketahui
makanan kesukaan pasien
Rasional : makanan kesukaan biasanya meningkatkan
selera makan
-
Pantau
kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
Rasional : Kandungan nutrisi yang tepat untuk
meningkatkan energi klien beraktivitas
-
Berikan
informasi mengenai kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya
Rasional : agar klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
dan energi secara mandiri
-
Kolaborasi
dengan ahli gizi (jika perlu) jumlah kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan
Rasional : pemenuhan nutrisi klien secara tepat
melalui gizi klinik
b.
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya eksudat di alveoli akibat edema
paru.
Kriteria
Hasil:
1)
Bernapas
dengan mudah dan tanpa dispnea
2)
Menunjukkan
kapasitas ventilasi yang membaik
3)
Melakukan
aktivitas sesuai kemampuan.
Intervensi:
1)
Instruksikan
dan/ atau awasi latihan pernapasan dan pernapasan terkontrol
Rasional : untuk
meningkatkan pernapasan disfragmatik yang tepat, ekspansi sisi, dan perbaikan
mobilitas dinding dada.
2)
Instruksikan pasien pada metode yang
tepat dalam mengontrol batuk
Rasional
: Batuk yang tidak terkontrol melelehkan dan in efektif dapat menimbulkan
frustasi
3)
Observasi TTV
Rasional : Mengetahui keadaan umum pasien
4)
Dorong
postur tubuh yang baik untuk ekspansi paru maksimum.
Rasional :
Posisi tubuh yang tepat dapat membantu ekspansi paru maksimum
5)
Bantu
klien dalam memilih aktivitas yang tepat sesuai kemampuan.
Rasional :
Aktivitas yang dapat ditoleransi agar tidak memperberat kondisi klien
c.
Ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer berhubungan dengan kongesti sistemik, kerusakan transpor oksigen,
hipervolemia, hipoventilasi, gangguan aliran arteri, gangguan aliran vena
Kriteria Hasil :
1)
Perfusi
jaringan : perifer : keadekuatan aliran darah melalui pembuluh darah kecil
ekstremitas untuk mempertahankan fungsi jaringan
Intervensi :
1)
Perawatan
Sirkulasi : Meningkatkan sirkulasi arteri dan vena
Aktvitas Keperawatan :
-
Kaji
secara komprehensif sirkulasi perifer (edema, CFR, warna, suhu, nadi perifer)
Rasional : untuk membantu penegakan
diagnosa dan pemberian intervensi yang tepat
-
Letakkan
ekstremitas pada posisi menggantung, jika perlu
Rasional : untuk mencegah edema pada area luka
-
Pantau
parestesia (kebas, kesemutan, hiperestesia, dan hipoestesia)
Rasional : untuk mengetahui tingkat sensasi perifer
-
Lakukan
modalitas terapi kompresi, jika perlu
Rasional : untuk memperbaiki aliran darah arteri dan
vena
-
Kolaborasi
pemberian obat anti trombosit atau antikoagulan, jika perlu
Rasional : untuk mencegah pembekuan darah atau
terbentuknya emboli
d.
Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan ketidak seimbangan perfusi-ventilasi, perubahan membran kapiler
alveoli karena adanya penumpukan cairan
di rongga paru
Kriteria
Hasil :
1)
Terlihat
adekuatnya ventilasi dan oksigenasi dari jaringan dimana dalam batas-batas
normal dan bebas dari gejala respiratory distress
2)
Berpartisipasi
dalam pengobatan
Intervensi
:
1)
Auskultasi
suara pernafasan, catat adanya wheezing
Rasional : Menandakan
adanya kongestif paru/pengumpulan sekresi
2)
Ajarkan
klien untuk batuk secara efektif dan bernafas dalam
Rasional : Membersihkan jalan nafas dan memudahkan pertukaran
oksigen
3)
Support
klien untuk merubah posisi
Rasional
: Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia
4)
Atur
posisi tidur dengan bagian kepala ditinggikan 200 - 300,
semi fowler, beri bantal pada siku
Rasional : Mengurangi kebutuhan oksigen dan meningkatkan pengembangan paru secara maksimal
5)
Kolaborasi
pemberian oksigen sesuai dengan kebutuhan
Rasional
: Meningkatkan konsentrasi oksigen alveoli dimana dapat mengurangi hipoksemia
jaringan
e.
Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan
dengan penurunan kekuatan/ tahanan
Kriteria Hasil : Klien dapat
meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
dapat mempertahankan posisi fungsional, meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit
dan mengkompensasi bagian tubuh, menunjukkan tekhnik yang memampukan melakukan
aktivitas.
Intervensi:
1)
Pertahankan
pelaksanaan aktivitas rekreasi terapeutik (radio, koran, kunjungan teman/keluarga)
sesuai keadaan klien.
Rasional : Memfokuskan perhatian,
meningkatakan rasa kontrol diri/harga diri, membantu menurunkan isolasi sosial.
2)
Bantu
latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit maupun yang sehat
sesuai keadaan klien.
Rasional : Meningkatkan sirkulasi darah
muskuloskeletal, mempertahankan tonus otot, mempertahakan gerak sendi, mencegah
kontraktur/atrofi dan mencegah reabsorbsi kalsium karena imobilisasi.
3)
Bantu
dan dorong perawatan diri (kebersihan/eliminasi) sesuai keadaan klien.
Rasional : Mempertahankan posis
fungsional ekstremitas.
4)
Ubah
posisi secara periodik sesuai keadaan klien.
Rasional : Meningkatkan kemandirian
klien dalam perawatan diri sesuai kondisi keterbatasan klien.
5)
Dorong/pertahankan
asupan cairan 2000-3000 ml/hari.
Rasional : Menurunkan insiden komplikasi
kulit dan pernapasan (dekubitus, atelektasis, penumonia) Mempertahankan hidrasi
adekuat, men-cegah komplikasi urinarius dan konstipasi.
6)
Berikan
diet TKTP.
Rasional : Kalori dan protein yang cukup
diperlukan untuk proses penyembuhan dan mem-pertahankan fungsi fisiologis
tubuh.
7)
Kolaborasi
pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.
Rasional : Kerjasama dengan fisioterapis
perlu untuk menyusun program aktivitas fisik secara individual.
f.
Gangguan Pola Tidur berhubungan
dengan dispena, othopnea
Kriteria
Hasil :
1) Klien dapat beristirahat/ tidur diantara gangguan
2) Melaporkan peningkatan rasa sehat dan merasa dapat istirahat
Intervensi
:
1)
Tentukan kebiasaan tidur biasanya
dan peubahan yang terjadi
Rasional
: mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat
2)
Berikan tempat tidur yang nyaman dan
beberapa milik pribadi
Rasional
: meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan psikologis
3)
Instruksikan tindakan relaksasi
Rasional
: membantu menginduksi tidur
4)
Kurangi kebisingan dan lampu
Rasional
: memberikan situasi kondusif untuk tidur
5)
Kolaborasi pemberian sedatif, jika
perlu
Rasional
: mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur/ istirahat selama periode
transisi
g.
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan
kelemahan umum dan imobilitas
Kriteria
Hasil :
1)
Ketahanan : Kapasitas untuk
menyelesaikan aktivitas
2)
Penghematan energi : tindakan
individu untuk mengelola energi untuk memulai dan menyelesaikan aktivitas
Intervensi
:
1)
Terapi latihan fisik : Mobilitas Sendi
: menggunakan gerakan tubuh aktif atau pasif untuk mempertahankan atau
memperbaiki fleksibilitas sendi
Aktivitas
Keperawatan :
-
Kaji penyebab kelemahan
Rasional
: untuk pemberian intervensi yang tepat mengatasi penyebab
-
Pantau TTV sebelum, selama dan setelah
aktivitas
Rasional
: untuk melihat aktivitas yang dapat ditoleransi oleh dan tidak dapat
ditoleransi misalnya nyeri dada, pucat, vertigo, dispnea.
-
Anjurkan periode untuk istirahat dan
aktivitas secara bergantian.
Rasional
: untuk pengaturan energi sehingga energi cukup untuk beraktivitas
-
Bantu klien melakukan Range of
Motion
Rasional
: untuk melatih fleksibiltas sendi
-
Kolaborasi pengobatan pereda nyeri
sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu penyebab
Rasional
: agar nyeri tidak mengganggu aktivitas
h.
Kurangnya
pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang informasi
Kriteria hasil :
1)
Pengetahuan tentang proses penyakit
: Tingkat pemahaman yang ditunjukkan tentang proses penyakit
Intervensi :
1)
Penyuluhan :
Proses Penyakit : Membantu pasien memahami informasi yang berhubungan dengan
proses penyakit tertentu
Aktivitas Keperawatan :
·
Kaji sejauh
mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya
Rasional : mengetahui apa yang diketahui pasien
tentang penyakitnya.
·
Beri
pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien
Rasional : supaya pasien tahu tata laksana penyakit,
perawatan penyakitnya.
·
Beri
kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila ada yang belum
dimengerti
Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien
dan keluarga pasien setelah di beri penjelasan tantang penyakitnya.
·
Beri
reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat
Rasional : memberikan rasa percaya diri pasien dalam
kesembuhan sakitnya
i.
Ansietas berhubungan dengan proses
penyakit, ancaman atau perubahan pada status kesehatan
Kriteria hasil:
1)
Ansietas
berkurang
2)
Menunjukkan
pengendalian diri terhadap ansietas
Intervensi :
1)
Kaji
dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.
Rasional :
faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri, potensial siklus
ansietas, dan dapat mempengaruhi upaya medik untuk mengontrol ansietas.
2)
Beri
dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan perasaan
untuk mengeksternalisasikan ansietas.
Rasional :
membantu pasien menurunkan ansietas dan memberikan kesempatan untuk pasien
menerima situasi nyata.
3)
Berikan
informasi faktual menyangkut diagnosis, terapi,dan prognosis.
Rasional:
menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan/harapan yang akan datang
dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan informasi tentang pengobatan.
4)
Jelaskan
semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya di alami selama prosedur.
Rasional:
memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat.
Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi,
kerjasama penuh penting untuk keberhasilan hasil setelah prosedur
5)
Ajarkan
teknik relaksasi misalnya imajinasi terbinbing, visualisasi.
Rasional :
memfokuskan perhatian pasien, membantu menurunkan Ansietas dan meningkatkan proses penyembuhan
6)
Kolaborasi
pemberian obat untuk menurunkan ansietas, jika perlu.
Rasional:
dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan memudahkan istirahat.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner,
Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah
edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Corwin,
Elizabeth J. 2009. Buku Saku
Patofisiologi. Jakarta: EGC
Doengoes, Marilyn.E dkk. 1999.
Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Doengoes, Marilyn.E dkk. 2000.
Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Grace, Pierce A. & Neil R.
Borley. 2006. At A Glance Ilmu Bedah Edisi 3.Jakarta: Erlangga.
Riyawan. 2012. http://blogriyawan.makalah-fraktur-1.html diakses pada tanggal 14 Oktober 2014 pukul 15.15
WITA.
Wilkinson, Judith.M, Nancy R.Ahern.
2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan :
Diagnosa NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC
No comments:
Post a Comment