Tuesday, 10 May 2016

LP PPOK



LAPORAN PENDAHULUAN
Penyakit Paru Obstruktif Kronik





 




DISUSUN OLEH

NURRAHMAYANI
70300112023





PRODI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN & ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR

2015




LAPORAN PENDAHULUAN
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK
A.    KONSEP MEDIS
1.      Pengertian
PPOK Merujuk pada sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari dan keluar Paru. Gangguan yang penting adalah Bronkhitis Obstruktif, Emphysema dan Asthma Bronkiale. (Black. J. M. & Matassarin,.E. J. 1993).
Suatu kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus menerus. Proses penyakit ini adalah seringkali kombinasi dari 2 atau 3 kondisi berikut ini (Bronkhitis Obstruktif Kronis, Emphysema dan Asthma Bronkiale) dengan suatu penyebab primer dan yang lain adalah komplikasi dari penyakit primer.(Enggram, B. 1996)
2.      Etiologi
a.         Bronkitis Kronis
1)        Faktor tak diketahui
2)        Merokok
3)        Polusi Udara
4)        Iklim
b.         Emphysema
1)        Faktor tak diketahui
2)        Predisposisi genetic
3)        Merokok
4)        Polusi udara
c.         Asthma Bronkiale
Faktor Prediasposisi nya adalah :
1.         Alergen (debu, bulu binatang, kulit dll)
2.         Infeksi saluran nafas
3.         Stress
4.         Olahraga (kegiatan jasmani berat )
5.         obat-obatan
6.         Polusi udara
7.         lingkungan kerja
8.         Lain-lain, (iklim, bumbu masak, bahan pengawet dll)
3.      Patofisiologi
Saluran nafas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari 3 tahap yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adalah proses pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah, sedangkan perfusi adalah distribusi darah yang sudah teroksigenasi.
Gangguan ventilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta gangguan obstruksi berupa perlambatan aliran udara di saluran nafas. Parameter yang sering dipakai untuk melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV), sedangkan untuk gangguan obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1), dan rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas vital paksa (VEP1/KVP).
Faktor resiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-komponen asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator mukusiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran nafas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema jaringan. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dikeluarkan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan.
Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik pada paru. Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-struktur penunjang pada paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian. Apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap didalam paru dan saluran udara kolaps.
Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa eosinofil, komposisi seluler pada inflamasi saluran nafas pada PPOK predominan dimediasi oleh neutrofil. Asap rokok menginduksi makrofag untuk melepaskan Neutrophil Chemotactic Factors dan elastase, yang tidak diimbangi dengan antiprotease, sehingga terjadi kerusakan jaringan. Selama eksaserbasi akut, terjadi perburukan pertukaran gas dengan adanya ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Kelainan ventilasi berhubungan dengan adanya inflamasi jalan nafas, edema, bronkokonstriksi, dan hipersekresi mukus. Kelainan perfusi berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada arteriol
4.      Manifestasi klinik
Selama eksaserbasi akut, gejala yang nampak meliputi
a.       Batuk bertambah berat
b.      Produksi sputum bertambah
c.       Sputum berubah warna
d.      Sesak nafas bertambah berat
e.       Bertambahnya keterbatasan aktivitas
f.       Terdapat gagal nafas akut pada gagal nafas kronis
g.      Penurunan kesadaran
5.      Pemeriksaan Penunjang
a.       Pemeriksaan Radiologi
1)      Pada bronkhitis kronis ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
a)      Tubular shadows atau farmlines terlihat bayangan garis-garis yang paralel, keluar dari hillus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan bronkus yang menebal
b)      Corak paru bertambah
2)      Pada emfisema, terdapat 2 kelainan foto dada :
a)      Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan bula. Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan pink puffer.
b)      Corakan paru yang bertambah
b.      Analisis gas darah. Pada bronkhitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis, terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoiesis. Hipoksi kronik merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia. Pada usia 55-60 tahun polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih berat dan merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.
c.       EKG, Kelainan paling dini adalah rotasi clockwise jantung. Bila sudah terdapat kor pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada hantaran II, III dan aVF. Voltase QRS rendah di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S kurang dari 1.
d.      Kultur sputum, untuk mengetahui patogen penyebab infeksi
e.       Laboratorium darah lengkap
6.      Komplikasi
a.       Hipoksemia
b.      Asidosis Respiratory
c.       Infeksi Respiratory
d.      Gagal Jantung
e.       Cardiac disritmia
f.       Status Asmatikus
7.      Penatalaksanaan.
Penatalaksanaan PPOk pada lansia sebagai berikut :
a.       Meniadakan faktor etiologi atau presipitasi, misalnya segera menghentikan merokok, menghindari polusi udara
b.      Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara
c.       Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tak ada infeksi antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman penyebab yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik
d.      Mengatasi bronkospasme dengan obat bronkodilator.
e.       Pengombatan simptomatik
f.       Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul
g.      Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan aliran lambat 1-2 liter/menit
Tidakan rehabilitasi meliputi :
a.       Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran sekret bronkus
b.      Latihan pernafasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernafasan yang paling efektif
c.       Latihan dengan beban olahraga tertentu, untuk memulihkan kesegaran jasmani
d.      Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat kembali mengerjakan pekerjaan semula
.
B.     KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
a.       Data Umum Klien, berisi data-data umum tentang pasien misalnya nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, tanggal masuk RS
b.      Pengkajian Primer
1)      Airway, kaji kepatenan jalan nafas klien, adanya sumbatan atau obstruksi, serta kaji bunyi nafas tambahan
2)      Breathing, kaji pola nafas klien, frekuensi pernafasan, pergerakan dada klien, bentuk dada, atau adanya bantuan pernafasan
3)      Circulation, kaji tanda-tanda vital klien, adanya akral dingin dan kaji Capillary Refill Time (CRT)
4)      Disability, kaji adanya penurunan tingkat kesadaran, adanya ganggun verbal, motorik dan sesorik serta refleks pupil.
c.       Pengkajian Sekunder (13 Domain NANDA)
1)      Promosi Kesehatan, kaji kesehatan umum klien, alasan masuk rumah sakit, dan riwayat keluhan utama klien, riwayat penyakit masa lalu, riwayat pengobatan masa lalu, kemampuan mengontrol kesehatan, faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap kesehatan, riwayat pengobatan sekarang.
2)      Nutrisi, melakukan pengkajian antropometri (Tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas,Indeks Massa Tubuh), Biochemical (data laboratorium yang abnormal), Clinical (tanda-tanda klinis integumen, anemia), Diet (meliputi jenis, frekuensi, nafsu terhadap makanan yang diberikan selama di RS), Energi (kemampuan beraktivitas selama dirawat), Factor (penyebab masalah), Penilaian Status Gizi, pola asupan cairan, jumlah intake dan output, penilaian status cairan (balance cairan), pemeriksaan abdomen.
3)      Eliminasi, mengkaji pola pembuangan urine, riwayat kandung kemih, pola urine, distensi kandung kemih, sistem gastrointestinal (konstipasi dan faktor penyebab, pola eliminasi)
4)      Aktivitas dan Istirahat, mengkaji kebutuhan istirahat/tidur, aktivitas, respons jantung, pulmonary respon, sirkulasi, riwayat hipertensi, kelainan katup, bedah jantung, endokarditis, anemia, septik syok, bengkak pada kaki, asites, takikardi, disritmia, atrial fibrilasi, prematur ventricular contraction, bunyi S3 gallop, adanya bunyi CA, adanya sistolik atau diastolik, murmur, peningkatan JVP, adanya nyeri dada, sianosis, pucat,ronchi, hepatomegali
5)      Persepsi dan Kognisi, mengkaji orientasi klien, sensasi dan persepsi, kemampuan komunikasi
6)      Persepsi diri
7)      Peranan Hubungan (Role Relationship) mengkaji pola interaksi dengan orang lain atau kedekatan dengan anggota keluarga atau orang terdekat
8)      Seksualitas, mengkaji masalah identitas seksual, masalah atau disfungsi seksual
9)      Mekanisme Koping/ Toleransi Stress
10)  Nilai-Nilai Kepercayaan
11)  Keamanan, mengkaji adanya alergi, penyakit autoimmune, tanda-tanda infeksi, gangguan termoregulasi, gangguan/ komplikasi (akibat tirah baring, proses perawatan, jatuh, obat-obat, penatalaksanaan)
12)  Kenyamanan, mengkaji adanya nyeri yang diarasakan (PQRST), rasa tidak nyaman lainnya serta gejala-gejala yang menyertai
13)  Pertumbuhan dan Perkembangan

2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan makanan tidak adekuat , mual muntah
b.      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya eksudat di alveoli akibat edema paru.
c.       Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kongesti sistemik, kerusakan transpor oksigen, hipervolemia, hipoventilasi, gangguan aliran arteri, gangguan aliran vena
d.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan perfusi-ventilasi, perubahan membran kapiler alveoli  karena adanya penumpukan cairan di rongga paru
e.       Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan/ tahanan
f.       Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan dispena, othopnea
g.      Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan imobilitas
h.      Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang informasi
i.        Ansietas berhubungan dengan proses penyakit, ancaman atau perubahan pada status kesehatan

3.      Intervensi Keperawatan
a.       Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan makanan tidak adekuat , mual muntah
Kriteria Hasil :
1)      Status Gizi : Asupan Gizi : Keadekuatan pola asupan zat gizi yang biasanya
2)      Selera Makan : Keinginan untuk makan dalam keadaan sakit atau sedang menjalani pengobatan
Intervensi :
1)      Manajemen Nutrisi : membantu atau menyediakan asupan makanan dan cairan diet seimbang
Aktivitas Keperawatan
-       Ketahui makanan kesukaan pasien
Rasional : makanan kesukaan biasanya meningkatkan selera makan
-       Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
Rasional : Kandungan nutrisi yang tepat untuk meningkatkan energi klien beraktivitas
-       Berikan informasi mengenai kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya
Rasional : agar klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan energi secara mandiri
-       Kolaborasi dengan ahli gizi (jika perlu) jumlah kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan
Rasional : pemenuhan nutrisi klien secara tepat melalui gizi klinik

b.      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya eksudat di alveoli akibat edema paru.
Kriteria Hasil:
1)      Bernapas dengan mudah dan tanpa dispnea
2)      Menunjukkan kapasitas ventilasi yang membaik
3)      Melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
Intervensi:
1)   Instruksikan dan/ atau awasi latihan pernapasan dan pernapasan terkontrol
Rasional : untuk meningkatkan pernapasan disfragmatik yang tepat, ekspansi sisi, dan perbaikan mobilitas dinding dada.
2)      Instruksikan pasien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk
Rasional : Batuk yang tidak terkontrol melelehkan dan in efektif dapat menimbulkan frustasi
3)   Observasi TTV
Rasional : Mengetahui keadaan umum pasien
4)   Dorong postur tubuh yang baik untuk ekspansi paru maksimum.
Rasional : Posisi tubuh yang tepat dapat membantu ekspansi paru maksimum
5)   Bantu klien dalam memilih aktivitas yang tepat sesuai kemampuan.
Rasional : Aktivitas yang dapat ditoleransi agar tidak memperberat kondisi klien

c.       Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kongesti sistemik, kerusakan transpor oksigen, hipervolemia, hipoventilasi, gangguan aliran arteri, gangguan aliran vena
Kriteria Hasil :
1)      Perfusi jaringan : perifer : keadekuatan aliran darah melalui pembuluh darah kecil ekstremitas untuk mempertahankan fungsi jaringan
Intervensi :
1)      Perawatan Sirkulasi : Meningkatkan sirkulasi arteri dan vena
Aktvitas Keperawatan :
-          Kaji secara komprehensif sirkulasi perifer (edema, CFR, warna, suhu, nadi perifer)
Rasional : untuk membantu penegakan diagnosa dan pemberian intervensi yang tepat
-          Letakkan ekstremitas pada posisi menggantung, jika perlu
Rasional : untuk mencegah edema pada area luka
-          Pantau parestesia (kebas, kesemutan, hiperestesia, dan hipoestesia)
Rasional : untuk mengetahui tingkat sensasi perifer
-          Lakukan modalitas terapi kompresi, jika perlu
Rasional : untuk memperbaiki aliran darah arteri dan vena
-          Kolaborasi pemberian obat anti trombosit atau antikoagulan, jika perlu
Rasional : untuk mencegah pembekuan darah atau terbentuknya emboli

d.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan perfusi-ventilasi, perubahan membran kapiler alveoli  karena adanya penumpukan cairan di rongga paru
Kriteria Hasil :
1)      Terlihat adekuatnya ventilasi dan oksigenasi dari jaringan dimana dalam batas-batas normal dan bebas dari gejala respiratory distress
2)      Berpartisipasi dalam pengobatan
Intervensi :
1)      Auskultasi suara pernafasan, catat adanya wheezing
Rasional : Menandakan adanya kongestif paru/pengumpulan sekresi
2)      Ajarkan klien untuk batuk secara efektif dan bernafas dalam
Rasional : Membersihkan jalan nafas dan memudahkan pertukaran oksigen
3)      Support klien untuk merubah posisi
Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia
4)      Atur posisi tidur dengan bagian kepala ditinggikan 200 - 300, semi fowler, beri bantal pada siku
Rasional : Mengurangi kebutuhan oksigen dan meningkatkan pengembangan paru secara maksimal
5)      Kolaborasi pemberian oksigen sesuai dengan kebutuhan
Rasional : Meningkatkan konsentrasi oksigen alveoli dimana dapat mengurangi hipoksemia jaringan

e.       Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan/ tahanan
Kriteria Hasil : Klien dapat meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin dapat mempertahankan posisi fungsional, meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh, menunjukkan tekhnik yang memampukan melakukan aktivitas.
Intervensi:
1)      Pertahankan pelaksanaan aktivitas rekreasi terapeutik (radio, koran, kunjungan teman/keluarga) sesuai keadaan klien.
Rasional : Memfokuskan perhatian, meningkatakan rasa kontrol diri/harga diri, membantu menurunkan isolasi sosial.
2)      Bantu latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit maupun yang sehat sesuai keadaan klien.
Rasional : Meningkatkan sirkulasi darah muskuloskeletal, mempertahankan tonus otot, mempertahakan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi dan mencegah reabsorbsi kalsium karena imobilisasi.
3)      Bantu dan dorong perawatan diri (kebersihan/eliminasi) sesuai keadaan klien.
Rasional : Mempertahankan posis fungsional ekstremitas.
4)      Ubah posisi secara periodik sesuai keadaan klien.
Rasional : Meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan diri sesuai kondisi keterbatasan klien.
5)      Dorong/pertahankan asupan cairan 2000-3000 ml/hari.
Rasional : Menurunkan insiden komplikasi kulit dan pernapasan (dekubitus, atelektasis, penumonia) Mempertahankan hidrasi adekuat, men-cegah komplikasi urinarius dan konstipasi.
6)      Berikan diet TKTP.
Rasional : Kalori dan protein yang cukup diperlukan untuk proses penyembuhan dan mem-pertahankan fungsi fisiologis tubuh.
7)      Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.
Rasional : Kerjasama dengan fisioterapis perlu untuk menyusun program aktivitas fisik secara individual.

f.       Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan dispena, othopnea
Kriteria Hasil :
1)      Klien dapat beristirahat/ tidur diantara gangguan
2)      Melaporkan peningkatan rasa sehat dan merasa dapat istirahat
Intervensi :
1)      Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan peubahan yang terjadi
Rasional : mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat
2)      Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi
Rasional : meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan psikologis
3)      Instruksikan tindakan relaksasi
Rasional : membantu menginduksi tidur
4)      Kurangi kebisingan dan lampu
Rasional : memberikan situasi kondusif untuk tidur
5)      Kolaborasi pemberian sedatif, jika perlu
Rasional : mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur/ istirahat selama periode transisi

g.      Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan imobilitas
Kriteria Hasil :
1)      Ketahanan : Kapasitas untuk menyelesaikan aktivitas
2)      Penghematan energi : tindakan individu untuk mengelola energi untuk memulai dan menyelesaikan aktivitas
Intervensi :
1)      Terapi latihan fisik : Mobilitas Sendi : menggunakan gerakan tubuh aktif atau pasif untuk mempertahankan atau memperbaiki fleksibilitas sendi
Aktivitas Keperawatan :
-          Kaji penyebab kelemahan
Rasional : untuk pemberian intervensi yang tepat mengatasi penyebab
-          Pantau TTV sebelum, selama dan setelah aktivitas
Rasional : untuk melihat aktivitas yang dapat ditoleransi oleh dan tidak dapat ditoleransi misalnya nyeri dada, pucat, vertigo, dispnea.
-          Anjurkan periode untuk istirahat dan aktivitas secara bergantian.
Rasional : untuk pengaturan energi sehingga energi cukup untuk beraktivitas
-          Bantu klien melakukan Range of Motion
Rasional : untuk melatih fleksibiltas sendi
-          Kolaborasi pengobatan pereda nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu penyebab
Rasional : agar nyeri tidak mengganggu aktivitas

h.      Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang informasi
Kriteria hasil :
1)      Pengetahuan tentang proses penyakit : Tingkat pemahaman yang ditunjukkan tentang proses penyakit
Intervensi :
1)      Penyuluhan : Proses Penyakit : Membantu pasien memahami informasi yang berhubungan dengan proses penyakit tertentu
Aktivitas Keperawatan :
·         Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya
Rasional : mengetahui apa yang diketahui pasien tentang penyakitnya.
·         Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien
Rasional : supaya pasien tahu tata laksana penyakit, perawatan penyakitnya.
·         Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti
Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga pasien setelah di beri penjelasan tantang penyakitnya.
·         Beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat
Rasional : memberikan rasa percaya diri pasien dalam kesembuhan sakitnya

i.        Ansietas berhubungan dengan proses penyakit, ancaman atau perubahan pada status kesehatan
Kriteria hasil:
                                                1)        Ansietas berkurang
                                                2)        Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas
Intervensi :
1)        Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.
Rasional : faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri, potensial siklus ansietas, dan dapat mempengaruhi upaya medik untuk mengontrol ansietas.
2)        Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas.
Rasional : membantu pasien menurunkan ansietas dan memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi nyata.
3)        Berikan informasi faktual menyangkut diagnosis, terapi,dan prognosis.
Rasional: menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan/harapan yang akan datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan informasi tentang pengobatan.
4)        Jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya di alami selama prosedur.
Rasional: memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi, kerjasama penuh penting untuk keberhasilan hasil setelah prosedur
5)        Ajarkan teknik relaksasi misalnya imajinasi terbinbing, visualisasi.
Rasional : memfokuskan perhatian pasien, membantu menurunkan Ansietas  dan meningkatkan proses penyembuhan
6)        Kolaborasi pemberian obat untuk menurunkan ansietas, jika perlu.
Rasional: dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan memudahkan istirahat.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Doengoes, Marilyn.E dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta:   EGC
Doengoes, Marilyn.E dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta:   EGC
Grace, Pierce A. & Neil R. Borley. 2006. At A Glance Ilmu Bedah Edisi 3.Jakarta: Erlangga.
Riyawan. 2012. http://blogriyawan.makalah-fraktur-1.html diakses pada tanggal 14 Oktober 2014 pukul 15.15 WITA.
Wilkinson, Judith.M, Nancy R.Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosa NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC

No comments:

Post a Comment