LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN GASTRITIS
DISUSUN
OLEH:
KELOMPOK
3
YUSNA
KURNIA UTAMI MARDAN 70300112001
ANDINI
FITRIANI 70300112003
RUDIANA.
M 70300112007
ANDI
RISNI HANDAYANI 70300112014
TITIN
SETIAWATY 70300112015
NURRAHMAYANI 70300112023
ADE
IRMA SUHARDI 70300112037
NURWAHYU 70300112049
JURUSAN
KEPERAWATAN
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2014
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA GASTRITIS
A.
Konsep Dasar Medis
1.
Defenisi
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada
lapisan mukosa dan sub mukosa lambung yang dapat bersifat akut dan kronis.
2.
Etiologi
a.
Gastritis akut disebabkan oleh
asam kuat atau alkalis
b.
Gastritis kronik:
1)
Tipe
A, di hubungkan dengan penyakit auto imun misalnya anemia pernisiosa
2)
Tipe B, di
hubungkan dengan Helocobakter pylori, Faktor diet seperti minum panas, pedas,
penggunaan obat, alkohol, merokok, atau refluks isi usus kelambung.
3.
Patofisiologi
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian
kiri atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai
panjang berkisar antara 10 inchi dan dapat mengembang untuk menampung makanan
atau minuman sebanyak 1 gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan
melipat, mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan
mengembang, lipatan - lipatan tersebut secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap melepaskannya
ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam esophagus, sebuah
cincin otot yang berada pada sambungan antara esophagus dan lambung (esophageal
sphincter) akan membuka dan membiarkan makanan masuk ke lambung. Setelah
masuk ke lambung cincin in menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan
lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada di lambung, dinding lambung akan
mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar - kelenjar
yang berada di mukosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung
(termasuk enzim - enzim dan asam lambung) untuk lebih menghancurkan makanan
tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam
ini sangat korosif sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan ini. Dinding
lambung dilindungi oleh mukosa - mukosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga
yang mengeluarkan ion bicarbonate secara regular sehingga menyeimbangkan
keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat korosif asam hidroklorida
Gastritis
akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat jinak dan
swasirna, merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan local. Endotoksin bakteri (setelah menelan
makanan terkontaminasi), kafein, alkohol, dan aspirin merupakan agen pencetus
yang lazim. Infeksi H. pylori lebih sering di anggap
sebagai penyebab gastritis akut. Organism tersebut melekat pada epitel lambung
dan menghancurkan lapisan mukosa pelindung, meninggalkan daerah epitel yang
gundul.obat lain juga terlibat misalnya anti inflamasi nonsteroid, sulfonamida,
steroid, dan digitalis), asam empedu, enzim pancreas, juga diketahui mengganggu
sawar mukosa lambung.
Apabila
alkohol diminum bersama dengan aspirin, efeknya akan lebih merusak dibandingkan
dengan efek masing-masing agen tersebut bila diminum secara terpisah. Penyakit
yang serius ini akan dianggap sebagai ulkus akibat stress.
4.
Manifestasi Klinis
a.
Gastritis
akut meliputi: ulserasi superficial yang dapat menimbulkan hemoragi,
ketidaknyamanan abdomen ( sakit kepala, malaise, mual dan anoreksia), muntah,
cekukan, beberapa pasien asimtomatik, kolik dan diare dapat terjadi bila
makanan pengiritan tidak di muntahkan tapi mencapai usus besar. Pasien biasanya sembuh dalam sehari walau
nafsu makan mungkin menurun selama 2-3 hari.
b.
Gastritis
kronik meliputi: Tipe A biasanya asimtomatik kecuali untuk gejala defisiensi
B12 dan pada gastritis Tipe B pasien mengeluh anoreksia, sakit ulu hati setelah
makan, bersendawa, rasa pahit dalam mulut, atau mual dan muntah.
5.
Pemeriksaan Diagnostik
a.
Endoskopi:
gastro duodenoskopy akan tampak eritematous atau eksudatif, mukosa sembab,
merah, mudah berdarah
b.
Pemeriksaan
histologis: dengan melakukan biopsy pada semua segmen lambung untuk mengetahui
adanya kuman helikobakter pylori
c.
Pemeriksaan radiology
d.
Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya
antibodi H. pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan
bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi
itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat
juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung
akibat gastritis.
e.
Pemeriksaan pernapasan. Tes ini dapat menentukan apakah pasien
terinfeksi oleh bakteri H. pylori atau tidak.
f.
Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori
dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya
infeksi. Pemeriksaan juga
dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya
pendarahan pada lambung
6.
Komplikasi
a.
Hemoragi
b.
Tukak lambung
c.
Obstruksi
d.
Ca. Lambung.
7.
Penatalaksanaan Medik
a.
Hindari makanan yang merangsang
b.
Bila
gejala menetap, diperlukan cairan IV
c.
Bila
terdapat perdarahan: kuras lambung dengan air es, endoskopi skleroterapi,
embolisasi arteri gastrika, atau gastrektomi dengan indikasi absolut
d.
Bila disebabkan oleh asam kuat
netralkan dengan antasida
e.
Bila disebabkan oleh alkali
kuat netralkan dengan jus lemon encer
atau cuka yang sudah diencerkan
f.
Hindari obat emetic dan lavase
karena dapat menimbulkan perforasi
g.
Istirahat, reduksi stress
h.
Antibiotik mis: tetrasiklin
atau amoksilin
i.
Garam bismuth (pepto bismol).
8.
Pencegahan
Pencegahan
gastritis bervariasi bergantung pada penyebab penyakit yang dicurigai. Bila
terdapat lesi ulkus duodenum, dapat diberikan antibiotic untuk membatasi
H.pylori. namun demikian, lesi tidak selalu muncul dengan gastritis kronik.
Alkohol dan obat yang diketahui mengiritasi lambung harus dihindari.
Walaupun infeksi H. pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut
beberapa saran untuk dapat mengurangi resiko terkena gastritis :
a.
Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat mengiritasi
terutama makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya
dengan pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara
memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada
waktunya dan lakukan dengan santai.
b.
Hindari alkohol. Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa
dalam lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan pendarahan.
c.
Jangan merokok. Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung, membuat
lambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga
meningkatkan asam lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan
penyebab utama terjadinya kanker lambung. Tetapi, untuk dapat berhenti merokok
tidaklah mudah, terutama bagi perokok berat. Konsultasikan dengan dokter
mengenai metode yang dapat membantu untuk berhenti merokok.
d.
Lakukan olah raga secara
teratur. Aerobik
dapat meningkatkan kecepatan pernapasan dan jantung, juga dapat menstimulasi
aktifitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus
secara lebih cepat.
e.
Kendalikan stress. Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan
sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stress
juga meningkatkan produksi asam lambung dan melambatkan kecepatan pencernaan.
Karena stress bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah
mengendalikannya secara effektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat
yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
f.
Ganti obat penghilang nyeri. Jika dimungkinkan, hindari penggunaan AINS, obat-obat golongan ini
akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah
ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung
acetaminophen.
g.
Ikuti rekomendasi dokter.
9.
Prognosis
a.
Gastritis
akut umumnya sembuh dalam waktu beberapa hari.
b.
Insidensi
ulkus lambung dan kanker lambung meningkat pada gastritis kronis tipe A.
c.
Gastritis
dapat menimbulkan komplikasi pedarahan saluran cerna dan gejala klinis yang
berulang
B.
Konsep Dasar Keperawatan Keluarga
1) Pengertian Keperawatan Keluarga
Merupakan bidang kekhususan spesialisasi yang terdiri
dari keterampilan berbagai bidang keparawatan. Praktik keperawatan keluarga
didefinisikan sebagai pemberian perawatan yang menggunakan proses keperawatan
kepada keluarga dan anggota-anggotanya dalam situasi sehat dan sakit. Penekanan
praktik keperawatan keluarga adalah berorientasi kepada kesehatan, bersifat holistik,
sistemik dan interaksional, menggunakan kekuatan keluarga.
2) Tingkatan Keperawatan Keluarga
Ada empat
tingkatan keperawatan keluarga, yaitu:
a. Level 1 : keluarga
menjadi latar belakang individu/anggota keluarga dan fokus pelayanan
keperawatan di tingkat ini adalah individu yang akan dikaji dan diintervensi.
b. Level 2 : keluarga
merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya, masalah kesehatan/keperawatan
yang sama dari masing-masing anggota akan diintervensi bersamaan, masing-masing
anggota dilihat sebagai unit yang terpisah.
c. Level 3 : Fokus
pengkajian dan intervensi keperawatan adalah sub-sistem dalam keluarga,
anggota-anggota keluarga dipandang sebagai unit yang berinteraksi, fokus
intervensi: hubungan ibu dengan anak; hubungan perkawinan; dll.
d. Level 4 : seluruh
keluarga dipandang sebagai klien dan menjadi fokus utama dari pengkajian dan
perawatan, keluarga menjadi fokus dan individu sebagai latar belakang, keluarga
dipandang sebagai interaksional system, fokus intervensi: dinamika internal
keluarga; struktur dan fungsi keluarga; hubungan sub-sistem keluarga dengan
lingkungan luar.
3)
Proses
Keperawatan Keluarga
a. Pengkajian
Proses pengumpulan informasi yang dilakukan terus menerus dan untuk dapat mengartikan data/informasi yang diperoleh dan digunakan kemampuan profesional. Sumber-sumber data yang diperlukan berasal dari: pengkajian keluarga; observasi rumah dan lingkungannya; pemeriksaan fisik seluruh anggota keluarga; data sekunder:hasil lab/X-ray. Ada dua tahap dalam pengkajian, yaitu:
Proses pengumpulan informasi yang dilakukan terus menerus dan untuk dapat mengartikan data/informasi yang diperoleh dan digunakan kemampuan profesional. Sumber-sumber data yang diperlukan berasal dari: pengkajian keluarga; observasi rumah dan lingkungannya; pemeriksaan fisik seluruh anggota keluarga; data sekunder:hasil lab/X-ray. Ada dua tahap dalam pengkajian, yaitu:
1) Pengkajian tahap I
a) Data umum
-
Nama
kepala keluarga
-
Alamat
-
Komposisi
keluarga (dalam table) lengkapi dengan genogram
-
Tipe
keluarga
-
Suku
-
Agama
-
Status
sosial ekonomi keluarga
-
Aktivitas
rekreasi keluarga
b) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
-
Tahap
perkembangan keluarga saat ini
-
Tahap
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
-
Riwayat
keluarga inti
-
Riwayat
keluarga sebelumnya (pihak suami dan istri)
c) Lingkungan
-
Karakteristik
rumah
-
Karakteristik
tetangga dan komunitas RW
-
Mobilitas
geografis keluarga
-
Perkumpulan
keluarga dan interaksi dengan masyarakat
-
Sistem
pendukung keluarga
d) Struktur keluarga
-
Pola
komunikasi keluarga
-
Struktur
kekuatan keluarga
-
Struktur
peran (formal dan informal)
-
Nilai
atau norma keluarga
e) Fungsi keluarga
-
Fungsi
afektif
-
Fungsi
sosialisasi
-
Fungsi
perawatan keluarga
f) Stress dan koping keluarga
-
Stressor
jangka pendek dan panjang serta kekuatan keluarga
-
Kemampuan
keluarga berespons teradap situasi/stressor
-
Strategi
koping yang digunakan
-
Strategi
adaptasi disfungsional
g) Pemeriksaan fisik
h) Harapan keluarga
2) Pengkajian tahap II
mengacu pada pelaksanaan 5 tugas kesehatan
keluarga oleh keluarga.
a) Mengenal masalah
-
Pengertian
-
Penyebab
-
Tanda
dan gejala
-
Identifikasi
tingkat keseriusan masalah pada keluarga
b) Mengambil keputusan
-
Akibat
-
Keputusan
keluarga
-
Melakukan
perawatan sederhana (Cara-cara perawatan yang sudah dilakukan keluarga dan cara-cara pencegahan)
-
Modifikasi
lingkungan (Lingkungan fisik ; Lingkungan psikologis)
-
Pemanfaatan
fasilitas kesehatan
(Pelayanan kesehatan yang
biasa dikunjungi keluarga ; Frekuensi kunjungan
b.
Scoring
Prioritas Masalah Keluarga
Setelah
menentukan masalah atau diagnosis keperawatan, langkah selanjutnya adalah
menentukan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
prioritas masalah adalah sebagai berikut :
1. Tidak mungkin masalah-masalah kesehatan dan
keperawatan yang ditemukan dalam keluarga dapat diatasi sekaligus
2. Perlu mempertimbangkan masalah-masalah yang
dapat mengancam kehidupan keluarga, seperti masalah penyakit
3. Perlu mempertimbangkan respon dan perhatian
keluarga terhadap asuhan keperawatan yang akan diberikan
4. Keterlibatan keluarga dalam memecahkan
masalah yang mereka hadapi
5. Sumber daya keluarga yang dapat menunjang
pemecahan masalah kesehatan/keperawatan keluarga
6. Pengetahuan dan kebudayaan keluarga.
Skala Prioritas
Dalam Menyusun Masalah Kesehatan Keluarga
Untuk dapat menentukan prioritas kesehatan dan keperawatan keluarga, perlu disusun skala prioritas seperti berikut ini :
Untuk dapat menentukan prioritas kesehatan dan keperawatan keluarga, perlu disusun skala prioritas seperti berikut ini :
No. Kriteria Nilai Bobot
1) Sifat Masalah :
Skala :
-
Tidak/kurang
sehat 3
-
Ancaman
Kesehatan 2
-
Krisis 1
2) Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala :
-
Dengan
mudah 2
-
Hanya
sebagian 1
-
Tidak
dapat 0
3) Potensi masalah untuk dicegah
Skala :
-
Tinggi 3
-
Cukup 2
-
Rendah 1
4) Menonjolnya masalah :
Skala :
-
Masalah
berat, harus ditangan 3
-
Masalah
tidak perlu segera ditangani 2
-
Masalah
tidak dirasakan 1
Skoring :
1) Tentukan skor untuk setiap criteria
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan
kalikan dengan bobot
3) Jumlahkan skor untuk semua criteria
4) Skor tertinggi adalah 5, dan sama untuk
seluruh bobot.
Alat tersebut diatas bertujuan untuk
melihat masalah-masalah seobjektif mungkin. Terdapat 4 kriteria dalam
menentukan prioritas dari masalah-masalah kesehatan :
1) Sifat masalah, dikelompokkan menjadi :
-
Ancaman
kesehatan
-
Keadaan
sakit atau kurang sehat
-
Situasi
krisis
2) Kemungkinan masalah dapat dirubah, adalah
kemungkinan keberhasilan untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah bila
dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan
3) Potensi masalah untuk dicegah, adalah sifat
dan beratnya masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui
tindakan keperawatan dan kesehatan
4) Masalah yang menonjol, adalah cara keluarga
melihat dan menilai masalah dalam hal berat dan mendesaknya masalah untuk
diatasi melalui intervensi keperawatan dan kesehatan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
penentuan prioritas :
1) Dengan melihat kriteria yang pertama yaitu
sifat masalah, bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat atau
yang mengancam kehidupan keluarga karena yang pertama memerlukan tindakan
segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga. Misalnya pada keadaan
sakit atau pertumbuhan anak yang tidak sesuai dengan usia, baru kemudian kepada
hal-hal yang mengancam kesehatan keluarga dan selanjutnya kepada situasi krisis
dalam keluarga dimana terjadi situasi yang menuntut penyesuaian dalam keluarga.
2) Untuk kriteria yang kedua yaitu kemungkinan
masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor
sebagai berikut :
-
Pengetahuan
yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah
-
Sumber
daya keluarga : dalam bentuk fisik (sarana dan prasarana), keuangan dan tenaga
-
Sumber
daya perawat : dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan dan waktu
-
Sumber
daya masyarakat : dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat
(Posyandu, Polindes) dan sokongan masyarakat.
3) Untuk kriteria yang ketiga yaitu potensial
masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah :
-
Kepelikan
atau kesulitan dari masalah, yang berhubungan dengan beratnya penyakit atau
masalah
-
Lamanya
masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada atau jangka waktu
terjadinya masalah. Lamanya masalah berhubungan erat dengan beratnya masalah
yang meninmpa keluarga dan potensi masalah untuk dicegah.
-
Tindakan
yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam memperbaiki
atau mencegah masalah dalam rangka meningkatkan status kesehatan keluarga.
-
Adanya
kelompok “high risk” atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah
masalah.
4. Untuk kriteria keempat yaitu meninjolnya
masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah
kesehatan tersebut.
Nilai skore yang tertinggi yang terlebih
dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga. “Perawat yang berpengalaman dapat
menentukan prioritas di antara masalah-masalah dengan menggunakan
pertimbangannya atas keempat kriteria tanpa melewati proses skoring. Akan
tetapi, menghitung skore dapat membantu petugas yang masih memerlukan
ketrampilan dalam menentukan faktor-faktor yang mempunyai bobot lebih berat
daripada yang lain. Menghitung akan membantu dalam penyusunan prioritas dengan
menentukan skore tertentu dari setiap masalah yang ditemukan”.
4.
Diagnosa
Keperawatan
a. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi mukosa
lambung.
b. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
fisik.
d. Ansietas tahap sedang berhubungan dengan perubahan
status kesehatan.
5.
Intervensi
keperawatan
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi mukosa
lambung.
Tujuan : Nyeri hilang
(terkontrol) dan kebutuhan rasa nyaman terpenuhi.
KH :
-
Nyeri klien
berkurang atau hilang.
-
Skala nyeri
0.
-
Klien dapat
relaks.
-
Keadaan umum
klien baik.
Intervensi
1. Observasi TTV.
Rasional: Mengetahui perkembangan klien.
2. Kaji skala nyeri klien.
Rasional: Mengetahui perkembangan nyeri klien.
3. Atur posisi yang nyaman bagi klien.
Rasional: Posisi yang tepat dan dirasa nyaman oleh
klien dapat
mengurangi resiko klien terhadap nyeri.
4. Ajarkan teknik distraksi dan reklasasi.
Rasional: Dapat membuat klien jadi lebih baik dan
melupakan nyeri.
5. Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
Rasional: Analgetik dapat memblok reseptor nyeri
pada susunan saraf
pusat.
2. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan : Pemenuhan nutrisi klien dapat teratasi
dan BB klien dapat dipertahankan.
KH :
-
Nafsu makan
klien membaik.
-
BB klien
menunjukkan peningkatan.
Intervensi
1. Anjurkan istirahat sebelum makan.
Rasional: Menenangkan peristaltik dan meningkatkan
energi untuk
makan.
2. Dorong tirah baring dan pembatasan aktivitas
selama fase akut.
Rasional: Menurunkan kebutuhan metabolik untuk
mencegah
penurunan kalori dan simpanan energi.
3. Anjurkan makan sedikit demi sedikit tapi sering.
Rasional: Menghindari terjadinya mual karena
pengisian lanbung
secara tiba-tiba.
4. Hindari makanan yang menimbulkan gas.
Rasional: Dapat mempengaruhi nafsu makan atau
pencernaan dan
membatasi masukan nutrisi.
5. Beri makanan selagi hangat.
Rasional: Dapat membangkitkan nafsu makan.
6. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet.
Rasional: Diet yang sesuai dapat mempercepat
penyembuhan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
fisik.
Tujuan : Klien dapat beraktivitas.
KH :
-
Klien dapat
beraktivitas tanpa bantuan,
-
Skala
aktivitas 0-1
Intervensi
1. Observasi sejauh mana klien dapat melakukan
aktivitas.
Rasional: Mengetahui aktivitas yang dapat
dilakukan klien.
2. Berikan lingkungan yang tenang.
Rasional: Menigkatkan istirahat klien.
3. Berikan bantuan dalam aktivitas.
Rasional: Membantu bila perlu, harga diri
ditingkatkan bila klien
melakukan sesuatu sendiri.
4. Jelaskan pentingnya beraktivitas bagi klien.
Rasional: Klien tahu pentingnya beraktivitas.
4. Ansietas tahap sedang berhubungan dengan perubahan
status kesehatan.
Tujuan : Ansietas klien dapat teratasi.
KH :
-
Kepercayaan
diri klien meningkat.
Intervensi
1. Observasi respon fisiologis, mis : takipnoe, palpitasi,
pusing.
Rasional: Dapat menjadi indikasi derajat ansietas
yang dialami pasien.
2. Catat petunjuk perilaku, mis : gelisah, midah
tersinggung.
Rasional: Indikator derajat ansietas.
3. Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan
respon umpan balik.
Rasional: Membuat hubungan therafiutik, membantu
pasien untuk
menerima perasaan dan menurunkan ansietas yang
tidak perlu tentang ketidak tahuan.
4. Berikan lingkungan yang tenang untuk beristirahat.
Rasional: Memindahkan pasien dari stresor luar dan
meningkatkan
relaksasi, juga dapat meningkatkan ketrampilan koping.
5. Berikan tekhnik relaksasi, mis: latihan nafas
dalamdan bimbingan imaginasi.
Rasional: Cara relaksasi dapat membantu menurunkan
takut dan
ansietas.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Sudart.
2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Jilid 2. Jakarta :
EGC.
Dongoes, E Marilyn, et.
All. 1999. Rencana Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan
Pendokumentasian Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta
Kedokteran Edisi 3. Jakarta : EGC.
No comments:
Post a Comment