Sunday 13 April 2014

Jurnal Reading Pendidikan Keperaawatan

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang.
Tuntutan pendidikan sekarang dan masa depan harus diarahkan pada peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap, kepribadian dan moral manusia Indonesia pada umumnya. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian diharapkan dapat mendudukkan diri secara bermartabat di masyarakat dunia di era globalisasi ini.
Dalam mencapai tuntutan pendidikan tersebut, dibutuhkan langkah antisipatif yang perlu ditempuh adalah mengupayakan peningkatan partisipasi masyarakat terhadap dunia pendidikan, peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan, serta perbaikan manajemen di setiap jenjang.
Pembenahan itu dapat berupa pembenahan terhadap kurikulum pendidikan yang dapat memberikan kemampuan dan keterampilan dasar minimal, menerapkan konsep belajar tuntas dan membangkitkan sikap kreatif, demokratis dan mandiri.
Pembenahan kurikulum sangatlah ditunjang oleh penyediaan sarana dan prasarana, dan penambahan beberapa metode pembelajaran inovatif yang menarik minat pelajar dalam mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu, perlu bagi pengajar untuk menemukan metode yang tepat dalam menyampaikan materi pelajaran kepada pelajar.
B.       Tujuan
Setelah membaca dan memahami isi makalah ini, diharapkan pembaca dapat :
1.      Mengetahui tentang model kurikulum dan metode yang tepat digunakan sesuai dengan kurikulum yang berkembang
2.      Menerapkan atau mengaplikasikan metode yang dianggap tepat dalam Proses Belajar Mengajar
3.      Menggali kemampuan pengajar untuk mencari dan menemukan metode baru yang lebih efektif dalam penerapannya pada proses belajar mengajar.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.      Model Pembelajaran
Pembelajaran mandiri (self-directed learning) telah mendapat perhatian lebih dari sekedar konsep pendidikan lain. Istilah ini dapat membingungkan, bergantung pada cara penggunaanya. Self directed dapat berkaitan dengan keinginan untuk belajar, cara mengatur instruksi atau atribut pribadi.
Penjelasan paling umum mengenai SDL adalah bukti adanya kontrol pribadi terhadap pengalaman belajar seseorang. Garrison (1992) merasa tujuan akhir dari SDL bukan pada persoalan otonomi total, tetapi lebih pada tingkatannya, Brookfield, seperti dikutip oleh Garrison menyatakan : “Jika Self-Direction diartikan bahwa para peserta didik telah mempu mengontrol secara penuh pemilihan isi, tujuan, kriteria evaluasi dan metode pembelajaran, maka peran pendidik berhenti secara harfiahnya.”
Pengetahuan tidak diajarkan, namun dipelajari. Pengetahuan adalah hasil dari pengintegrasian ide, perspektif dan nilai kedalam suatu makna kognitif. Pengajaran adalah perembukan arti, bukan mentransmisikan pengetahun yang telah dibuat.
Meriam dan Cunningnarh (1989) menyatakan bahwa sekarang pendidik orang dewasa memandang pengembangan kemandirian sebagai tujuan utama fasilitasi.
Dalam pembelajaran orang dewasa banyak metode yang diterapkan. Untuk keberhasilam pembelajaran semacam ini, metode yang diterapkan seharusnya mempertimbangkan faktor sarana dan prasarana yang tersedia untuk mencapai tujuan akhir pembelajaran, yaitu agar peserta didik dapat memiliki suatu pengalaman belajar yang bermutu.
Metode pembelajaran kuliah, seminar/diskusi/presentasi, praktikum/ studi lapangan, computer aided learning dan belajar mandiri hasilnya akan kurang optimal jika tidak berfokus pada kompetensi yang akan dicapai peserta didik. Terdapat beragam model pembelajaran dengan pendekatan Student Center Learning (SCL)  yang bisa diaplikasikan seperti  Small Group Discussion, Role Play and Simulation, Case Study, Discovery Learning, Self-Directed Learning, Group Investigation, Cooperative Learning, Collaborative Learning, Contextual Instruction, Project Based Learning, dan Problem Based Learning.

B.       Metode Group Investigation
Secara Individu  atau kelompok belajar pasti memerlukan kehadiran seorang guru baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kondisi tertentu seperti ketika seseorang melakukan proses pemahaman secara bersamaan, dan memang dituntut oleh gurunya, maka kelompok siswa tersebut berusaha menyamakan persepsinya, pengetahuannya dan pemaknaannya terhadap apa yang dipelajarinya.
Pada kondisi seperti ini mengajar yang disampaikan oleh Herbert Thelen’s (1960), yaitu menekankan pada pengkondisian belajar secara demokratis, dimana pemahaman dalam belajar bisa diperoleh melalui kondisi kelompok atau individual.
Group Investigation (GI) sebagai salah satu teori mengajar yang mungkin tidak begitu banyak dikondisikan, dalam pembelajaran saat ini, memang tidak terlalu memiliki kekhususan yang berarti jika guru itu sendiri tidak mampu mewujudkannya dalam suatu aktivitas mengajarnya dihadapan siswa.
Dalam model pembelajaran ini, seharusnya siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tapa pertama hingga tahap akhir pembelajaran.
Dalam metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning (Udin S. Winaputra, 2001 : 75). Penelitian disini adalah proses dinamika siswa memberika respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melalui proses berargumentasi.
Slavin (1995) dan Siti Maesaroh (2005 : 28) mengemukakan hal penting untuk melakukan metode Group Investigation adalah :
1.      Membutuhkan kemampuan kelompok
Didalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun luar kelas, kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja.


2.      Rencana Kooperatif
Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka didalam kelas.
3.      Peran Guru
Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan, dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.

Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation, (Kiranawati, 2007) dapat dikemukakan sebagai berikut :
1.      Seleksi Topik. Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru.
2.      Merencanakan Kerjasama. Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih.
3.      Implementasi. Para siswa melakukan rencana yang telah dirumuskan pada langkah ke2, pembelajaran harus melibatkan sktivitas dan keterampilan siswa dengan variasi yang luas dan mendorong siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat didalam maupun diluar sekolah.
4.      Analisis dan Sintesis. Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah sebelumnya dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian menarik didepan kelas.
5.      Penyajian Hasil Akhir. Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa didalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut
6.      Evaluasi. Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenal kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

C.      Temuan Penelitian
Terkait dengan efektivitas penggunaan metode Group Investigation ini, dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap tiap tingkatan pendidikan peserta didik, antara lain :
1.      Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar pada Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi di Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, menunjukkan bahwa
a.       Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation meningkatkan prestasi belajar ilmu kesehatan, tapi secara statistik tidak signifikan. Motivasi belajar meningkatkan prestasi belajar ilmu kesehatan, yang secara statistik signifikan.
b.      Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation meningkatkan prestasi belajar sebesar 0, 5 dibandingkan dengan model konvensional ( b= 0, 50; CI 95% -0, 36 s/d 0, 47; p= 0, 249).
c.       Motivasi belajar tinggi meningkatkan prestasi belajar sebesar 2, 75 dibandingkan dengan motivasi belajar rendah ( b= 2, 75; CI 95% 1, 76 s/d 3, 72; p< 0, 001).

2.      Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation terhadap Hasil Belajar Biologi Ditinjau dari Tingkat Kreatifitas Siswa Kelas X SMAN 2 Karanganyar, menunjukkan bahwa
a.       Terdapat perbedaan pengaruh terhadap penggunaan model pembelajaran Group Investigation dan model pembelajaran Konvensional terhadap hasil belajar siswa, yang menunjukan bahwa model pembelajaran Group Investigation memiliki pengaruh lebih baik terhadap hasil belajar siswa.
b.      Terdapat perbedaan pengaruh terhadap tingkat kreativitas siswa tinggi dan tingkat kreativitas siswa rendah terhadap hasil belajar siswa, yang menunjukan bahwa siswa dengan tingkat kreativitas tinggi mampu menunjang hasil belajar yang lebih baik.
c.       Tidak terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran Group Investigation dengan tingkat kreativitas siswa terhadap hasil belajar siswa, hal ini menunjukan bahwa model pembelajaran yang digunakan dan tingkat kreativitas berpengaruh tersendiri terhadap ranah yang berbeda dalam hasil belajar siswa

3.      Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Berbasis Eksperimen Inkuiri terhadap Motivasi Belajar Siswa, menunjukkan bahwa :
a.       Siswa yang mendapakan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis eksperimen inkuiri memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan metode pembelajaran eksperimen sederhana.
b.      Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis eksperimen inkuiri terhadap hasil belajar kognitif siswa dapat ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.

4.      Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif IPA dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation untuk Meningkatkan Kreatifitas pada Siswa Kelas 5 SDN Purworejo, menunjukkan bahwa :
a.       Multimedia pembelajaran in­teraktif dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Group Investigation pada penelitian ini dinyatakan valid sesuai hasil penilaian validator,
b.      Multimedia pembelajaran interaktif den­gan menerapkan model pembelajaran kooperatif group investigation pada penelitian ini dinyatakan efektif berdasarkan hasil evaluasi tes hasil bela­jar dan tes hasil belajar yang dicapai kelompok eksperimen













BAB III
PEMBAHASAN
Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sejalan perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat menuntut lembaga pendidikan untuk lebih dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Banyak perhatian khusus diarahkan kepada perkembangan dan kemajuan pendidikan guna meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan pembaharuan sistem pendidikan
Menurut Nurhadi (2001: 1) ada tiga komponen yang perlu disoroti dalam pembaharuan pendidikan yaitu pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pebelajaran dan efektifitas metode pembelajaran. Kurikulum harus komprehensif dan responsif terhadap dinamika sosial, relevan, tidak overload, dan mampu mengakomodasi keberagaman keperluan dan kemajuan teknologi. Kualitas pembelajaran juga harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Dengan cara penerapan strategi atau metode pembelajaran yang efektif di kelas dan lebih memberdayakan potensi siswa.
Pada kenyataanya yang terjadi saat ini, meski kurikulum yang berlaku di Indonesia terus mengalami perbaikan untuk mewujudkan pendidikan yang baik, metode yang di pakai guru cenderung tetap yakni metode ceramah. Padahal disisi lain mata diklat akuntansi merupakan keterampilan yang saling berkaitan dengan keterampilan yang lain, serta harus didukung dengan keterampilan menghitung. Hal ini yang membuat siswa merasa bosan, dan kesulitan mempelajari akuntansi. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap siswa, karena sikap, minat, serta motivasi belajar sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Sejalan dengan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), yang disempurnakan dengan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP), guru mempunyai kebebasan dalam metode pembelajaran yang akan diterapkan. Dalam menciptakan pembelajaran yang lebih bervarisi dan dapat meningkatkan peran serta siswa dalam pembelajaran. Dari sini maka harus dirancang dan dibangun suasana kelas sedemikian rupa, sehingga siswa mendapat kesempatan untuk berinteraksi satu dengan yang lain. Karp dan Yoels (dalam Lie, 2002: 6) menyatakan bahwa: Strategi yang paling sering dilakukan untuk mengaktifkan siswa adalah dengan diskusi kelas. Namun dalam kenyataannya, stategi ini tidak efektif karena meskipun guru sudah mendorong siswa untuk aktif dalam berdiskusi, kebanyakan siswa hanya diam menjadi penonton sementara arena kelas dikuasai oleh beberapa siswa saja.
Salah satu metode pembelajaran yang berkembang saat ini adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran ini menggunakan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa-siswa saling bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dalam kelompok kooperatif belajar berdiskusi, saling membantu, dan mengajak satu sama lain untuk mengatasi masalah belajar. Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling memberi dukungan dalam kerja kelompok untuk menuntaskan materi masalah dalam belajar. Di Indonesia penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat tergolong model pembelajaran yang cukup baik atau efektif untuk digunakan atau diterapkan, sebagai contoh dalam berbagai bidang dalam penelitian seperti ilmu kesehatan  yang dalam penelitian  dilihat dapat meningkatnya prestasi belajar ilmu kesehatan, tapi secara statistik tidak signifikan, IPA  yang dalam penelitian dinyatakan group investigation efektif untuk diterapkan berdasarkan hasil evaluasi tes hasil bela­jar dan tes hasil belajar yang dicapai kelompok eksperimen dan bidang biologi yang juga membuktikan  model pembelajaran Group Investigation memiliki pengaruh lebih baik terhadap hasil belajar siswa. Keefektifan penerapan group investigation juga dapat dilihat dari penelitian dari berbagai jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi, dimana group investigation merupakan salah-satu model pembelajaran kooperatif yang cukup efektif sehingga untuk dapat diterapkan dalam ranah keperawatan juga sangat memungkinkan. Model pembelajaran tipe group investigation dapat secara efektif diterapkan misalnya pada topik mata kuliah yang memerlukan identifikasi untuk pemecahan masalah seperti pemberian kasus oleh dosen untuk diidentifikasi masalahnya.
Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, meningkatkan hubungan antar kelompok, belajar kooperatif memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan teman satu tim untuk mencerna materi pembelajaran, meningkatkan rasa percaya diri dan memotivasi belajar, belajar kooperatif dapat membina kebersamaan, peduli satu sama lain dan tenggang rasa, serta mempunyai andil terhadap keberhasilan tim, menumbuhkan realisasi kebutuhan peserta didik untuk belajar berpikir, belajar kooperatif dapat diterapkan untuk berbagai materi ajar, seperti pemahaman yang rumit, pelaksanaan kaijian proyek, dan latihan memecahkan masalah, memadukan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan, meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas, relatif murah karena tidak memerlukan biaya khusus untuk menerapkannya.
Setiawan (2006:9) mendeskripsikan beberapa kelebihan dari pembelajaran group investigation, yaitu sebagai berikut:
1.        Secara Pribadi
a.       Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas
b.      Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif
c.       Rasa percaya diri dapat lebih meningkat
d.      Dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu   masalah
e.       mengembangkan antusiasme dan rasa pada fisik
2.        Secara Sosial
a.       Meningkatkan belajar bekerja sama
b.      Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun   guru
c.       Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis
d.      Belajar menghargai pendapat orang lain
e.       Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan
3.        Secara Akademis
a.       Siswa terlatih untuk mempertanggungjawabkan  jawaban yang diberikan
b.      Bekerja secara sistematis
c.       Mengembangkan dan melatih keterampilan dalam  berbagai bidang
d.      Merencanakan dan mengorganisasikan pekerjaannya
e.       Mengecek kebenaran jawaban yang mereka buat
f.       Selalu berfikir tentang cara atau strategi yang   digunakan sehingga didapat suatu kesimpulan yang berlaku umum.
     Selain kekuatan atau kelebihan dalam penerapan model belajar tipe group investigation, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ketidakefektifan penerapan model belajar tipe group investigation diantaranya:
1.        Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran group investigation
2.        Siswa yang tidak tuntas memahami materi prasyarat akan mengalami kesulitan saat menggunakan model ini 




















BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat tergolong model pembelajaran yang cukup baik atau efektif untuk digunakan atau diterapkan, sebagai contoh dalam berbagai bidang dalam penelitian seperti ilmu kesehatan  yang dalam penelitian  dilihat dapat meningkatnya prestasi belajar ilmu kesehatan, tapi secara statistik tidak signifikan, IPA  yang dalam penelitian dinyatakan group investigation efektif untuk diterapkan berdasarkan hasil evaluasi tes hasil bela­jar dan tes hasil belajar yang dicapai kelompok eksperimen dan bidang biologi yang juga membuktikan  model pembelajaran Group Investigation memiliki pengaruh lebih baik terhadap hasil belajar siswa. Keefektifan penerapan group investigation juga dapat dilihat dari penelitian dari berbagai jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi, dimana group investigation merupakan salah-satu model pembelajaran kooperatif yang cukup efektif sehingga untuk dapat diterapkan dalam ranah keperawatan juga sangat memungkinkan

B.     Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai model pembelajaran tipe Group Investigation yang dianggap efektif maka diharapkan kepada pengajar untuk dapat menerapkan model pembelajaran ini guna meraih keberhasilan dalam proses pembelajaran.





DAFTAR PUSTAKA

Gruendemann, Barbara J, Billie Fernsebner. 2005. Buku Ajar : Keperawatan Periopertaif (Comprehensive Perioperatif Nursing) Volume 1 Prinsip. Jakarta : EGC
Nursalam, Ferry Efendi. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Richvana B, Aulia, dkk. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation terhadap Hasil Belajar Biologi Ditinjau dari Tingkat Kreatifitas Siswa Kelas X SMAN 2 Karanganyar. UNS : Pendidikan Biologi
Sari, Surya Puspita.dkk. 2013. Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif IPA dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation untuk Meningkatkan Kreatifitas pada Siswa Kelas 5 SDN Purworejo. UNS : Program Pasca Sarjana prodi Kurikulum dan Tekhnologi Pembelajaran
Setiawan, Komang Hendra, dkk. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar pada Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. UNS : Pasca Sarjana Kedokteran Keluarga
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007.  Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta : PT. Imperial Bhakti Utama (IMTIMA)
Widowati. S, dkk. 2013. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Berbasis Eksperimen Inkuiri terhadap Motivasi Belajar Siswa. UNS : Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

 

No comments:

Post a Comment