Monday, 14 April 2014

LP Keperawatan Keluarga

LAPORAN PENDAHULUAN
 KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN GASTRITIS




DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3
YUSNA KURNIA UTAMI MARDAN                 70300112001
ANDINI FITRIANI                                                 70300112003
RUDIANA. M                                                           70300112007
ANDI RISNI HANDAYANI                                   70300112014
TITIN SETIAWATY                                               70300112015
NURRAHMAYANI                                                 70300112023
ADE IRMA SUHARDI                                           70300112037
NURWAHYU                                                           70300112049



JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2014


LAPORAN PENDAHULUAN
PADA GASTRITIS

A.      Konsep Dasar Medis
1.         Defenisi
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung yang dapat bersifat akut dan kronis.

2.      Etiologi
a.         Gastritis akut disebabkan oleh asam kuat atau alkalis
b.        Gastritis kronik:
1)        Tipe A, di hubungkan dengan penyakit auto imun misalnya anemia pernisiosa
2)        Tipe B, di hubungkan dengan Helocobakter pylori, Faktor diet seperti minum panas, pedas, penggunaan obat, alkohol, merokok, atau refluks isi usus kelambung.

3.      Patofisiologi
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang berkisar antara 10 inchi dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1 gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan - lipatan tersebut secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap melepaskannya ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam esophagus, sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara esophagus dan lambung (esophageal sphincter) akan membuka dan membiarkan makanan masuk ke lambung. Setelah masuk ke lambung cincin in menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada di lambung, dinding lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar - kelenjar yang berada di mukosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim - enzim dan asam lambung) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini sangat korosif sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung dilindungi oleh mukosa - mukosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara regular sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat korosif asam hidroklorida
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat jinak dan swasirna, merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan local. Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan terkontaminasi), kafein, alkohol, dan aspirin merupakan agen pencetus yang lazim. Infeksi H. pylori lebih sering di anggap sebagai penyebab gastritis akut. Organism tersebut melekat pada epitel lambung dan menghancurkan lapisan mukosa pelindung, meninggalkan daerah epitel yang gundul.obat lain juga terlibat misalnya anti inflamasi nonsteroid, sulfonamida, steroid, dan digitalis), asam empedu, enzim pancreas, juga diketahui mengganggu sawar mukosa lambung.
Apabila alkohol diminum bersama dengan aspirin, efeknya akan lebih merusak dibandingkan dengan efek masing-masing agen tersebut bila diminum secara terpisah. Penyakit yang serius ini akan dianggap sebagai ulkus akibat stress.


4.         Manifestasi Klinis
a.         Gastritis akut meliputi: ulserasi superficial yang dapat menimbulkan hemoragi, ketidaknyamanan abdomen ( sakit kepala, malaise, mual dan anoreksia), muntah, cekukan, beberapa pasien asimtomatik, kolik dan diare dapat terjadi bila makanan pengiritan tidak di muntahkan tapi mencapai usus besar. Pasien biasanya sembuh dalam sehari walau nafsu makan mungkin menurun selama 2-3 hari.
b.        Gastritis kronik meliputi: Tipe A biasanya asimtomatik kecuali untuk gejala defisiensi B12 dan pada gastritis Tipe B pasien mengeluh anoreksia, sakit ulu hati setelah makan, bersendawa, rasa pahit dalam mulut, atau mual dan muntah.

5.         Pemeriksaan Diagnostik
a.         Endoskopi: gastro duodenoskopy akan tampak eritematous atau eksudatif, mukosa sembab, merah, mudah berdarah
b.        Pemeriksaan histologis: dengan melakukan biopsy pada semua segmen lambung untuk mengetahui adanya kuman helikobakter pylori
c.         Pemeriksaan radiology
d.        Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
e.         Pemeriksaan pernapasan. Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. pylori atau tidak.
f.         Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan pada lambung

6.         Komplikasi
a.         Hemoragi
b.        Tukak lambung
c.         Obstruksi
d.        Ca. Lambung.

7.         Penatalaksanaan Medik
a.         Hindari makanan yang merangsang
b.        Bila gejala menetap, diperlukan cairan IV
c.         Bila terdapat perdarahan: kuras lambung dengan air es, endoskopi skleroterapi, embolisasi arteri gastrika, atau gastrektomi dengan indikasi absolut
d.        Bila disebabkan oleh asam kuat netralkan dengan antasida
e.         Bila disebabkan oleh alkali kuat  netralkan dengan jus lemon encer atau cuka yang sudah diencerkan
f.         Hindari obat emetic dan lavase karena dapat menimbulkan perforasi
g.        Istirahat, reduksi stress
h.        Antibiotik mis: tetrasiklin atau amoksilin
i.          Garam bismuth (pepto bismol).

8.         Pencegahan
Pencegahan gastritis bervariasi bergantung pada penyebab penyakit yang dicurigai. Bila terdapat lesi ulkus duodenum, dapat diberikan antibiotic untuk membatasi H.pylori. namun demikian, lesi tidak selalu muncul dengan gastritis kronik. Alkohol dan obat yang diketahui mengiritasi lambung harus dihindari.
Walaupun infeksi H. pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa saran untuk dapat mengurangi resiko terkena gastritis :
a.         Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai.
b.         Hindari alkohol. Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa dalam lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan pendarahan.
c.          Jangan merokok. Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung, membuat lambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung. Tetapi, untuk dapat berhenti merokok tidaklah mudah, terutama bagi perokok berat. Konsultasikan dengan dokter mengenai metode yang dapat membantu untuk berhenti merokok.
d.         Lakukan olah raga secara teratur. Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernapasan dan jantung, juga dapat menstimulasi aktifitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat.
e.          Kendalikan stress. Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stress juga meningkatkan produksi asam lambung dan melambatkan kecepatan pencernaan. Karena stress bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara effektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
f.          Ganti obat penghilang nyeri. Jika dimungkinkan, hindari penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung acetaminophen.
g.          Ikuti rekomendasi dokter.

9.         Prognosis
a.         Gastritis akut umumnya sembuh dalam waktu beberapa hari.
b.        Insidensi ulkus lambung dan kanker lambung meningkat pada gastritis kronis tipe A.
c.         Gastritis dapat menimbulkan komplikasi pedarahan saluran cerna dan gejala klinis yang berulang

B.       Konsep Dasar Keperawatan Keluarga
1)      Pengertian Keperawatan Keluarga
Merupakan bidang kekhususan spesialisasi yang terdiri dari keterampilan berbagai bidang keparawatan. Praktik keperawatan keluarga didefinisikan sebagai pemberian perawatan yang menggunakan proses keperawatan kepada keluarga dan anggota-anggotanya dalam situasi sehat dan sakit. Penekanan praktik keperawatan keluarga adalah berorientasi kepada kesehatan, bersifat holistik, sistemik dan interaksional, menggunakan kekuatan keluarga.

2)      Tingkatan Keperawatan Keluarga
Ada empat tingkatan keperawatan keluarga, yaitu:
a.       Level 1 : keluarga menjadi latar belakang individu/anggota keluarga dan fokus pelayanan keperawatan di tingkat ini adalah individu yang akan dikaji dan diintervensi.
b.      Level 2 : keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya, masalah kesehatan/keperawatan yang sama dari masing-masing anggota akan diintervensi bersamaan, masing-masing anggota dilihat sebagai unit yang terpisah.
c.       Level 3 : Fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah sub-sistem dalam keluarga, anggota-anggota keluarga dipandang sebagai unit yang berinteraksi, fokus intervensi: hubungan ibu dengan anak; hubungan perkawinan; dll.
d.      Level 4 : seluruh keluarga dipandang sebagai klien dan menjadi fokus utama dari pengkajian dan perawatan, keluarga menjadi fokus dan individu sebagai latar belakang, keluarga dipandang sebagai interaksional system, fokus intervensi: dinamika internal keluarga; struktur dan fungsi keluarga; hubungan sub-sistem keluarga dengan lingkungan luar.

3)      Proses Keperawatan Keluarga
a.       Pengkajian
Proses pengumpulan informasi yang dilakukan terus menerus dan untuk dapat mengartikan data/informasi yang diperoleh dan digunakan kemampuan profesional. Sumber-sumber data yang diperlukan berasal dari: pengkajian keluarga; observasi rumah dan lingkungannya; pemeriksaan fisik seluruh anggota keluarga; data sekunder:hasil lab/X-ray. Ada dua tahap dalam pengkajian, yaitu:
1)      Pengkajian tahap I
a)      Data umum
-          Nama kepala keluarga
-          Alamat
-          Komposisi keluarga (dalam table) lengkapi dengan genogram
-          Tipe keluarga
-          Suku
-          Agama
-          Status sosial ekonomi keluarga
-          Aktivitas rekreasi keluarga

b)      Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
-          Tahap perkembangan keluarga saat ini
-          Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
-          Riwayat keluarga inti
-          Riwayat keluarga sebelumnya (pihak suami dan istri)

c)      Lingkungan
-          Karakteristik rumah
-          Karakteristik tetangga dan komunitas RW
-          Mobilitas geografis keluarga
-          Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
-          Sistem pendukung keluarga

d)     Struktur keluarga
-          Pola komunikasi keluarga
-          Struktur kekuatan keluarga
-          Struktur peran (formal dan informal)
-          Nilai atau norma keluarga

e)      Fungsi keluarga
-          Fungsi afektif
-          Fungsi sosialisasi
-          Fungsi perawatan keluarga
f)       Stress dan koping keluarga
-          Stressor jangka pendek dan panjang serta kekuatan keluarga
-          Kemampuan keluarga berespons teradap situasi/stressor
-          Strategi koping yang digunakan
-          Strategi adaptasi disfungsional

g)      Pemeriksaan fisik

h)      Harapan keluarga

2)      Pengkajian tahap II
mengacu pada pelaksanaan 5 tugas kesehatan keluarga oleh keluarga.
a)      Mengenal masalah
-          Pengertian
-          Penyebab
-          Tanda dan gejala
-          Identifikasi tingkat keseriusan masalah pada keluarga

b)      Mengambil keputusan
-          Akibat
-          Keputusan keluarga
-          Melakukan perawatan sederhana (Cara-cara perawatan yang sudah dilakukan keluarga dan cara-cara pencegahan)
-          Modifikasi lingkungan (Lingkungan fisik ; Lingkungan psikologis)
-          Pemanfaatan fasilitas kesehatan (Pelayanan kesehatan yang biasa dikunjungi keluarga ; Frekuensi kunjungan


b.      Scoring Prioritas Masalah Keluarga
Setelah menentukan masalah atau diagnosis keperawatan, langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prioritas masalah adalah sebagai berikut :
1.      Tidak mungkin masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan dalam keluarga dapat diatasi sekaligus
2.      Perlu mempertimbangkan masalah-masalah yang dapat mengancam kehidupan keluarga, seperti masalah penyakit
3.      Perlu mempertimbangkan respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan keperawatan yang akan diberikan
4.      Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi
5.      Sumber daya keluarga yang dapat menunjang pemecahan masalah kesehatan/keperawatan keluarga
6.      Pengetahuan dan kebudayaan keluarga.

Skala Prioritas Dalam Menyusun Masalah Kesehatan Keluarga
Untuk dapat menentukan prioritas kesehatan dan keperawatan keluarga, perlu disusun skala prioritas seperti berikut ini :
No. Kriteria                                  Nilai                            Bobot
1)      Sifat Masalah :
Skala :
-          Tidak/kurang sehat           3
-          Ancaman Kesehatan        2
-          Krisis                                1

2)      Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala :
-          Dengan mudah                 2
-          Hanya sebagian                1
-          Tidak dapat                      0

3)      Potensi masalah untuk dicegah
Skala :
-          Tinggi                               3
-          Cukup                               2
-          Rendah                             1

4)      Menonjolnya masalah :
Skala :
-          Masalah berat, harus ditangan                  3
-          Masalah tidak perlu segera ditangani       2
-          Masalah tidak dirasakan                           1

Skoring :
1)      Tentukan skor untuk setiap criteria
2)      Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
3)      Jumlahkan skor untuk semua criteria
4)      Skor tertinggi adalah 5, dan sama untuk seluruh bobot.

Alat tersebut diatas bertujuan untuk melihat masalah-masalah seobjektif mungkin. Terdapat 4 kriteria dalam menentukan prioritas dari masalah-masalah kesehatan :
1)      Sifat masalah, dikelompokkan menjadi :
-          Ancaman kesehatan
-          Keadaan sakit atau kurang sehat
-          Situasi krisis
2)      Kemungkinan masalah dapat dirubah, adalah kemungkinan keberhasilan untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah bila dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan
3)      Potensi masalah untuk dicegah, adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan dan kesehatan
4)      Masalah yang menonjol, adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah dalam hal berat dan mendesaknya masalah untuk diatasi melalui intervensi keperawatan dan kesehatan.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas :
1)      Dengan melihat kriteria yang pertama yaitu sifat masalah, bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat atau yang mengancam kehidupan keluarga karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga. Misalnya pada keadaan sakit atau pertumbuhan anak yang tidak sesuai dengan usia, baru kemudian kepada hal-hal yang mengancam kesehatan keluarga dan selanjutnya kepada situasi krisis dalam keluarga dimana terjadi situasi yang menuntut penyesuaian dalam keluarga.
2)      Untuk kriteria yang kedua yaitu kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :
-          Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah
-          Sumber daya keluarga : dalam bentuk fisik (sarana dan prasarana), keuangan dan tenaga
-          Sumber daya perawat : dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan dan waktu
-          Sumber daya masyarakat : dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat (Posyandu, Polindes) dan sokongan masyarakat.
3)      Untuk kriteria yang ketiga yaitu potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah :
-          Kepelikan atau kesulitan dari masalah, yang berhubungan dengan beratnya penyakit atau masalah 
-          Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada atau jangka waktu terjadinya masalah. Lamanya masalah berhubungan erat dengan beratnya masalah yang meninmpa keluarga dan potensi masalah untuk dicegah. 
-          Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam memperbaiki atau mencegah masalah dalam rangka meningkatkan status kesehatan keluarga. 
-          Adanya kelompok “high risk” atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah.
4.      Untuk kriteria keempat yaitu meninjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. 

Nilai skore yang tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga. “Perawat yang berpengalaman dapat menentukan prioritas di antara masalah-masalah dengan menggunakan pertimbangannya atas keempat kriteria tanpa melewati proses skoring. Akan tetapi, menghitung skore dapat membantu petugas yang masih memerlukan ketrampilan dalam menentukan faktor-faktor yang mempunyai bobot lebih berat daripada yang lain. Menghitung akan membantu dalam penyusunan prioritas dengan menentukan skore tertentu dari setiap masalah yang ditemukan”.

4.         Diagnosa Keperawatan
a.       Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung.
b.      Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
c.       Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
d.      Ansietas tahap sedang berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

5.         Intervensi keperawatan
1.      Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung.
Tujuan : Nyeri hilang (terkontrol) dan kebutuhan rasa nyaman terpenuhi.
KH :
-          Nyeri klien berkurang atau hilang.
-          Skala nyeri 0.
-          Klien dapat relaks.
-          Keadaan umum klien baik.
Intervensi
1.      Observasi TTV.
Rasional: Mengetahui perkembangan klien.
2.      Kaji skala nyeri klien.
Rasional: Mengetahui perkembangan nyeri klien.
3.      Atur posisi yang nyaman bagi klien.
Rasional: Posisi yang tepat dan dirasa nyaman oleh klien dapat
     mengurangi resiko klien terhadap nyeri.
4.      Ajarkan teknik distraksi dan reklasasi.
Rasional: Dapat membuat klien jadi lebih baik dan melupakan nyeri.
5.      Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
Rasional: Analgetik dapat memblok reseptor nyeri pada susunan saraf 
     pusat.
2.      Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan : Pemenuhan nutrisi klien dapat teratasi dan BB klien dapat dipertahankan.
KH :
-          Nafsu makan klien membaik.
-          BB klien menunjukkan peningkatan.
Intervensi
1.      Anjurkan istirahat sebelum makan.
Rasional: Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk
    makan.
2.      Dorong tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
Rasional: Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah
    penurunan kalori dan simpanan energi.
3.      Anjurkan makan sedikit demi sedikit tapi sering.
Rasional: Menghindari terjadinya mual karena pengisian lanbung
    secara tiba-tiba.
4.      Hindari makanan yang menimbulkan gas.
Rasional: Dapat mempengaruhi nafsu makan atau pencernaan dan
    membatasi masukan nutrisi.
5.      Beri makanan selagi hangat.
Rasional: Dapat membangkitkan nafsu makan.
6.      Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet.
Rasional: Diet yang sesuai dapat mempercepat penyembuhan
3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan : Klien dapat beraktivitas.
KH :
-          Klien dapat beraktivitas tanpa bantuan,
-          Skala aktivitas 0-1
Intervensi
1.      Observasi sejauh mana klien dapat melakukan aktivitas.
Rasional: Mengetahui aktivitas yang dapat dilakukan klien.
2.      Berikan lingkungan yang tenang.
Rasional: Menigkatkan istirahat klien.
3.      Berikan bantuan dalam aktivitas.
Rasional: Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila klien
    melakukan sesuatu sendiri.
4.      Jelaskan pentingnya beraktivitas bagi klien.
Rasional: Klien tahu pentingnya beraktivitas.
4.      Ansietas tahap sedang berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan : Ansietas klien dapat teratasi.
KH :
-          Kepercayaan diri klien meningkat.
Intervensi
1.      Observasi respon fisiologis, mis : takipnoe, palpitasi, pusing.
Rasional: Dapat menjadi indikasi derajat ansietas yang dialami pasien.
2.      Catat petunjuk perilaku, mis : gelisah, midah tersinggung.
Rasional: Indikator derajat ansietas.
3.      Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan respon umpan balik.
Rasional: Membuat hubungan therafiutik, membantu pasien untuk
menerima perasaan dan menurunkan ansietas yang tidak    perlu tentang ketidak tahuan.

4.      Berikan lingkungan yang tenang untuk beristirahat.
Rasional: Memindahkan pasien dari stresor luar dan meningkatkan
    relaksasi, juga dapat meningkatkan ketrampilan koping.
5.      Berikan tekhnik relaksasi, mis: latihan nafas dalamdan bimbingan imaginasi.
Rasional: Cara relaksasi dapat membantu menurunkan takut dan 
     ansietas.












DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Sudart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Jilid 2. Jakarta :
EGC.
Dongoes, E Marilyn, et. All. 1999. Rencana Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.
 Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : EGC.


No comments:

Post a Comment