Tuesday 22 July 2014

LP Appendisitis

KONSEP MEDIS APPENDISITIS
A.    Defenisi
Appendisitis adalah inflamasi akut pada appendisits verniformis dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner & Suddart, 1997). Appendisitis merupakan kasus terbanyak pada bedah emergensi. Insiden tinggi di Negara  maju (diet serat rendah). Terutama umur 10-  30 tahun dan pria lebih banyak yang menderita daripada wanita.
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis dan merupakan penyebab penyakit abdomen akut yang sering terjadi di negara berkembang penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara 10 sampai  30 tahun.  ( Mansjoer, 2000).
Apendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml perhari. Lendir itu secara normal dicurahkan kedalam  lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir dimuara apendiks tampaknya berperan pada patogenesis apendisitis. Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut Asosieted Lymphoid Tissue)  yang terdapat sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah IGA. Imunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi system imun tubuh sebab jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah disaluran cerna dan seluruh tubuh  (Syamsuhidjayat, 2004).

B.     Etiologi
Faktor penyebabnya adalah:
1.      Obstruksi
a.       Hiperplasia kelenjar limpfoid
b.      Fekalit/massa keras dari fases, benda asing
c.       Tumor, struktur, kinking apendiks
d.      Obstruksi fungsional: tekanan intra sekal tinggi akibat konstipasi
2.      Infeksi
E. Coli, Streptococcus, B. Histolitica

C.     Patofisiologi
Apendisitis akut secara umum terjadi karena proses inflamasi pada apendiks akibat infeksi. Penyebab utama terjadinya infeksi adalah karena terdapat obstruksi. Obstruksi yang terjadi mengganggu fisiologi dari aliran lendir apendiks, dimana menyebbakan tekanan intralumen meningkat sehingga terjadi kolonisasi bakteri yang dapat menimbulkan infeksi pada daerah tersebut. Pada sebagaian kecil kasus, infeksi dapat terjadi semerta-merta secara hematogen dari tempat lain sehingga tidak ditemukan adanya obstruksi. 2
Infeksi terjadi pada tahap mukosa yang kemudian melibatkan seluruh dinding apendiks pada 24-48 jam pertama. Adaptasi yang dilakukan tubuh terhadap inflamasi lokal ini adalah menutup apendiks dengan struktur lain yaitu omentum, usus halus, dan adneksa. Hal ini yang menyebabkan terbentuknya masa periapendikuler, yang disebut juga infiltrat apendiks. Pada infilitrat apendiks, terdapat jaringan nekrotik yang dapat saja terbentuk menjadi abses sehingga menimbulkan risiko perforasi yang berbahaya pada pasien apendisits. Pada sebagian kasus, apendisitis dapat melewati fase akut tanpa perlu dilakukannya operasi. Akan tetapi, nyeri akan seringkali berulang dan menyebabkan eksaserbasi akut sewaktu-waktu dan dapat langsung berujung pada komplikasi perforasi. Pada anak-anak dan geriatri, daya tahan tubuh yang rendah dapat meyebabkan sulitnya terbentuk infiltrat apendisitis sehingga risiko perforasi lebih besar.
Appendisitis yang terinflamasi dan mengalami edema. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intra luminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif dalam beberapa jam, trlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen. Appendiks terinflamasi berisi pus

D.    Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik dari appendisitis antara lain:
1.    Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan
2.    Mual, muntah
3.    Anoreksia, malaisse
4.    Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney
5.    Spasme otot
6.    Konstipasi, diare (Brunner & Suddart, 1997).

E.     Pemeriksaan Diagnostik
1.    Sel darah putih : lekositosis diatas 12000/mm3, netrofil meningkat sampai 75%
2.    Urinalisis         : normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada
3.    Foto abdomen: Adanya pergeseran material pada appendiks (fekalis) ileus terlokalisir
4.    Tanda rovsing (+) : dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran kanan bawah (Doenges, 1993; Brunner & Suddart, 1997).

F.      Komplikasi
1.      Peritonitis
Peritonitis merupakan proses peradangan lokal atau umum pada peritoneum. Peritonitis  disertai rasa sakit yang semakin hebat, rasa nyeri, kembung, demam dan keracunan.
2.      Perforasi
Karena dinding apendiks mengalami ganggren, rasa sakit yang bertambah, demam tinggi, rasa nyeri yang menyebar dan jumlah leukosit yang tinggi merupakan tanda kemungkinan  terjadinya perforasi.
3.      Pieloflebitis
Adalah tromboplebitis septik vena portal ditandai dengan demam yang tinggi, panas dingin menggigil dan ikterus.
4.      Abses apendiks
Terasa suatu massa  lunak dikuadran kanan bawah atau didaerah pelvis.  Massa ini mula-mula berupa flegmen  tetapi dapat berkembang menjadi rongga yang mengandung nanah.  

G.    Penatalaksanaan
1.    Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan
2.    Antibiotik  dan cairan IV diberikan sampai pembedhan dilakukan
3.    Analgetik diberikan setelah diagnosa ditegakkan
4.    Apendektomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. (Brunner & Suddart, 1997)


H.    Pencegahan
Menurut Conectique (2007), pencegahan penyakit apendisitis dapat dibagi menjadi dua, yaitu  :
1.      Diet tinggi serat akan sangat membantu melancarkan aliran pergerakan makanan dalam saluran cerna sehingga tidak tertumpuk lama dan mengeras.
2.      Minum air putih minimal 8 gelas sehari dan tidak menunda buang air besar juga akan membantu kelancaran pergerakan saluran cerna secara keseluruhan.

I.       Prognosis
Dengan diagnosis yang akurat serta pembedahan, tingkat mortalitas dan morbiditas penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan diagnosis akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas bila terjadi komplikasi. Serangan berulang dapat terjadi bila apendiks tidak diangkat. Terminologi apendisitis kronis sebenarnya tidak ada. (Mansjoer, 2000)





KONSEP KEPERAWATAN APPENDISITIS
A.    Pengkajian
1.      Aktivitas/ istirahat: Malaise
2.      Sirkulasi : Tachikardi
3.      Eliminasi
·         Konstipasi pada  awitan awal
·         Diare (kadang-kadang)
·         Distensi abdomen
·         Nyeri tekan/lepas abdomen
·         Penurunan bising usus
4.      Cairan/makanan : anoreksia, mual, muntah
5.      Kenyamanan
Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau nafas dalam
6.      Keamanan : demam
7.      Pernapasan
·         Tachipnea
·         Pernapasan dangkal
(Brunner & Suddart, 1997)

B.     Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat ditegakkan :
1.      Resiko tinggi terjadi infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan utama, perforasi,peritonitis sekunder terhadap proses inflamasi
2.      Nyeri b.d distensi jaringan usus oleh onflamasi, adanya insisi bedah
3.      Resiko tinggi kekurangan cairan tubuhb.d inflamasi peritoneum dengan cairan asing, muntah praoperasi, pembatasan pasca operasi
4.      Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan  b.d kurang informasi

C.     Intervensi Keperawatan
1.      Resiko tinggi terjadi infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan utama, perforasi,peritonitis sekunder terhadap proses inflamasi
Tujuan : tidak terjadi infeksi
Kriteria:
·      Penyembuhan luka berjalan baik
·      Tidak ada tanda infeksi seperti eritema, demam, drainase purulen
·      Tekanan darah >90/60 mmHg
·      Nadi < 100x/menit dengan pola dan kedalaman normal
·      Abdomen lunak, tidak ada distensi
·      Bising usus 5-34 x/menit
Intervensi:
a. Kaji dan catat kualitas, lokasi dan durasi nyeri. Waspadai nyeri yang menjadi hebat
b.      Awasi dan catat tanda vital terhadap peningkatan suhu, nadi, adanya pernapasan cepat dan dangkal
c.       Kaji abdomen terhadap kekakuan dan distensi, penurunan bising usus
d.      Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptik
e.       Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka/drain, eriitema
f.       Kolaborasi: antibiotik
2.      Nyeri b.d distensi jaringan usus oleh onflamasi, adanya insisi bedah
Kriteria hasil:
·         Persepsi subyektif tentang nyeri menurun
·         Tampak rileks
·         Pasien dapat istirahat dengan cukup
Intervensi:
a.       Kaji nyeri. Catat lokasi, karakteristik nyeri
b.      Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler
c.       Dorong untuk ambulasi dini
d.      Ajarkan tehnik untuk pernafasan diafragmatik lambat untuk membantu melepaskan otot yang tegang
e.       Hindari tekanan area popliteal
f.       Berikan antiemetik, analgetik sesuai program
3.      Resiko tinggi kekurangan cairan tubuhb.d inflamasi peritoneum dengan cairan asing, muntah praoperasi, pembatasan pasca operasi
Kriteria hasil;
·      Membran mukosa lembab
·      Turgor kulit baik
·      Haluaran urin adekuat: 1 cc/kg BB/jam
·      Tanda vital stabil
Intervensi:
a.       Awasi tekanan darah dan tanda vial
b.      Kaji turgor kulit, membran mukosa, capilary refill
c.       Monitor masukan dan haluaran . Catat warna urin/konsentrasi
d.      Auskultasi bising usus. Catat kelancara flatus
e.       Berikan perawatan mulut sering
f.       Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan peroral dimulai dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi
g.      Berikan cairan IV dan Elektrolit
4.      Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan  b.d kurang informasi
Kriteria:
·   Menyatakan pemahamannya tentang proese penyakit, pengobatan
·   Berpartisipasidalam program pengobatan
Intervensi
a.       Kaji ulang embatasan aktivitas paska oerasi
b.      Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahatperiodik
c.       Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan, pembatasan mandi
d.      Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh peningkatan nyeri, edema/eritema luka, adanya drainase

D.    Evaluasi
1.      Fungsi Gastrointestinal anak kembali normal, meliputi asupan diet pra operasi dan fungsi defekasi yang normal
2.      Nyeri yang dialami anak menjadi minimal
3.      Anak akan terbebas dari infeksi

4.      Anak dan keluarga memahami perawatan dirumah dan perlunya tindak lanjut

No comments:

Post a Comment