Tuesday, 22 July 2014

Otitis Eksterna


A.    Definisi
Otitis eksterna adalah radang merata kulit liang telinga yang disebabkan oleh kuman maupun jamur (otomikosis) dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak diliang telinga, deskuamasi, sekret di liang telinga dan kecenderungan untuk kekambuhan.
Otitis eksterna adalah suatu infeksi pada saluran telinga. Infeksi ini bisa menyerang seluruh saluran (otitis eksterna generalisata) atau hanya pada daerah tertentu sebagai bisul (furunkel). Otitis eksterna seringkali disebut sebagai telinga perenang (swimmer's ear).
Otitis Eksterna adalah radang telinga eksterna. (Kamus saku Kedokteran DORLAND. 2002) Otitis eksterna adalah radang telinga akut maupun kronik yang disebabkan bakteri. Sering kali timbul dengan penyebab lain seperti jamur, alergi, atau virus. (Kapita Selekta Kedokteran, 2003).

B.     Klasifikasi
Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi:
1.     Otitis Eksterna Ringan: kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga menyempit.
2.     Otitis Eksterna Sedang: liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat positif.
3.     Otitis Eksterna Komplikasi: Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak.
4.     Otitis Eksterna Kronik: Kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema positif.

Otitis eksterna diklasifikasikan atas :
1.      Otitis eksterna akut :
a.       Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel)
b.      Otitis eksterna difus
2.      Otitis eksterna kronik
Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel) adalah otitis eksterna lokal yang bermula dari infeksi folikel rambut dan menimbulkan furunkel pada sepertiga luar dari liang telinga luar (meatus akustikus eksternus). Otitis eksterna difus adalah otitis eksterna yang dapat disebabkan bakteri (Pseudomonas, Stafilokokus, Proteus) atau jamur pada dua per tiga dalam dari liang telinga luar (meatus akustikus eksternus). Otitis eksterna kronik adalah otitis eksterna yang berlangsung lama dan ditandai oleh terbentuknya jaringan parut (sikatriks). Adanya sikatriks menyebabkan liang telinga menyempit

C.     Etiologi
Etiologi otitis eksterna dibagi menjadi:
1.      Otitis Eksterna Sirkumskripta
Etiologi: Staphylococus aureus, staphylococus albus.
2.      Otitis Eeksterna Difus
Etiologi: Pseudomonas, Staphylococus Albus, Eschericia coli dan Enterobacter Aerogenes. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis.
3.      Otomikosis
Etiologi: Jamur Aspergillus, Candida Albican
4.      Otitis Eksterna Maligna
Etiologi: Pseudomonas.

D.    Faktor Predisposisi
a.       Faktor Eksogen
1.      Udara yang hangat dan lembab
2.      pH liang telinga
3.      Trauma ringan
4.      Berenang.
5.      Alergi
6.      Benda asing dalam telinga. (Kapita Selekta Kedokteran, 2001)

b.      Faktor Endogen
1.      Diabetes Melitus
2.      Irigasi Telinga
3.      Imunodefisiensi/ imunosupresi

E.     Patofisiologi
Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud (kapas pembersih) bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini dan bisa mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana.
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah dan lembut pada saluran telinga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur.
Infeksi oleh kuman pada kulit disepertiga luar liang telinga yang mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen membentuk furunkel.
Stadium prainflamasi timbul bila lapisan lipid meatus akusticus eksternus terlepas karena lembab atau trauma menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri.
Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan rasa nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan / nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran suara akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran.
Bakteri patogen yang sering menyebabkan otitis eksterna yaitu Pseudomonas (41%), Streptokokus (22%), Stafilokokus aureus (15%) dan Bakteroides (11%) (Oghalai, 2003).
Infeksi pada liang telinga luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang temporal.
Otalgia pada otitis eksterna disebabkan :
a.       Kulit liang telinga luar beralaskan periostium & perikondrium bukan bantalan jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain itu, edema dermis akan menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
b.       Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada penderita otitis eksterna.
Staduim kronik terdiri dari peradangan ringan dan infeksi yang menetap meskipun diberi terapi.

F.      Manifestasi Klinis
1.     Nyeri
2.     Gangguan pendengaran
3.     Rasa penuh pada telinga
4.     Gatal
5.     Terdapat secret yang berbau
6.     Liang telinga tampak bengkak
7.     Hiperemis
8.     Adanya edema
(Kapita Selekta Kedokteran, 2001).

G.    Komplikasi
Komplikasinya meliputi :
1.      Kondritis
2.      Parotitis
3.      Penyempitan saluran telinga
4.      Otitis kronik
5.      Defisit pendengaran
6.      Osteomielitis tulang temporal dan basis kranii
7.      Kelumpuhan syaraf fasial serta syaraf otak lain
8.      Kematian.

H.    Prognosis
Otitis eksterna ini adalah kondisi yang dapat diobati yang biasanya sembuh dengan cepat dengan pengobatan yang tepat. Paling sering, otitis eksterna dapat dengan mudah dengan obat tetes telinga antibiotik. Tapi, otitis eksterna kronik masih mungkin dijumpai kembali

I.       Penatalaksanaan
1.      Prinsip penatalaksanaan otitis eksterna a.l:
a.      Membersihkan liang telinga dengan pengisap atau kapas dengan berhati-hati.
b.      Penilaian terhadap sekret, edema dinding kanalis, dan membrana timpani bilamana mungkin keputusan apakah akan menggunakan sumbu untuk mengoleskan obat.
c.       Pemilihan pengobatan lokal.
2.      Acute localized external otitis/otitis eksterna sirkumskripta
a.       Bila sudah jadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya
b.      Berikan antibiotika baik oral maupun topikal, selama ± 5 hari. Antibiotika yang digunakan biasanya sensitif kuman Staphylococcus aureus, yaitu neomycin atau polymixin B yang dikombinasi dengan kortikosteroid.
c.       Pemanasan
d.      Analgetika (mis : asam mefenamat dan antalgin)
Untuk mengobati otitis eksterna generalisata, pertama-tama dilakukan pembuangan sel-sel kulit mati yang terinfeksi dari saluran telinga dengan alat penghisap atau kapas kering. Setelah saluran telinga diersihkan, fungsi pendengaran biasanya kembali normal. Biasanya diberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik selama beberapa hari.
Beberapa tetes telinga ada yang mengandung kortikosteroid untuk mengurangi pembengkakan. Kadang diberikan obat tetes telinga yang mengandung asam asetat untuk mengembalikan keasaman pada saluran telinga. Untuk mengurangi nyeri pada 24-48 jam pertama bisa diberikan aseteminofen atau kodein. Infeksi yang sudah menyebar keluar saluran telinga (selulitis) diobati dengan antibiotik peroral (melalui mulut).
Bisul dibiarkan pecah dengan sendirinya karena jika sengaja disayat bisa menyebabkan penyebaran infeksi. Obat tetes telinga yang mengandung antibiotik tidak efektif. Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan bisa dilakukan pengompresan hangat (sebentar saja) dan pemberian obat pereda nyeri.

Penatalaksanaan Otitis Eksterna
1.      Liang telinga dibersihkan dengan menggunakan kapas lidi.
2.      Pemasangan tampon pita ½ cm x 5 cm yang telah dibasahi dengan larutan Burowi filtrata pada MAE. Tampon secukupnya, tidak boleh diletakkan terlalu ke dalam (nyeri/bahaya melukai membran timpani, sulit mengeluarkan).
3.      Tampon setiap 2-3 jam sekali ditetesi dengan larutan Burowi agar tetap basah. Tampon diganti setiap hari. Larutan Burowi dapat diganti dengan tetes telinga yang mengandung steroid dan antibiotik.
4.      Apabila diduga infeksi kuman Pseudomonas diberikan tetes yang mengandung neomycine dan hydrocortisone.
5.      Pada infeksi jamur digunakan tetes telinga larutan asam salisilat 2-5% dalam alkohol 20%.
6.      Pada otitis eksterna kronik difus dapat diberikan triamsinolone 0,25% krim/salep atau dexamethasone 0,1%.
7.      Antibiotik oral tidak perlu diberikan. (Rukmini, 2005).

Penatalaksanaan otitis eksterna bertujuan :
1.      Membuang serumen, kotoran, dan sel-sel kulit mati dari liang telinga. Bersihkan dan keringkan menggunakan alat penghisap atau kapas kering.
2.      Mengeluarkan mikroorganisme. Masukkan tampon yang mengandung antibiotik ke dalam liang telinga untuk menghindari infeksi bakterial akut dan ulserasi. Berikan juga antibiotik sistemik jika perlu.
3.      Mengurangi rasa sakit, peradangan dan edema. Berikan obat golongan kortikosteroid misalnya metil prednisolon.
4.      Menghilangkan rasa tidak enak.
5.      Memulihkan pendengaran.
6.      Menghilangkan gatal dan penggarukan yang berulang. Terapi antifungal untuk menghindari infeksi jamur.
7.      Terapi antialergi dan antiparasit.
8.      Penatalaksanaan otitis eksterna kronik yaitu operasi rekonstruksi liang telinga.

J.       Pencegahan Otitis Eksterna
Telinga perenang kemungkinan dicegah dengan meneteskan cairan yang mengandung campuran alkohol dan cuka di dalam telinga sebelum dan sesudah berenang. Orang tersebut harus menghindari berenang di dalam air yang terpolusi, menggunakan semprotan rambut, dan menghabiskan waktu yang lama di air hangat, iklim yang lembab. Berusaha untuk membersihkan saluran dengan lap kapas mengganggu mekanisme membersihkan-sendiri yang normal dan bisa mendorong serpihan ke dalam gendang telinga, dimana kotoran menumpuk. Juga, tindakan ini bisa menyebabkan kerusakan kecil yang mempengaruhi otitis eksternal (Abdullah, 2003).


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.                PENGKAJIAN KEPERAWATAN             
1.      Biodata
a.       Identitas klien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor register, dandiagnosa medis.
b.      Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, usia, pendidikan,pekerjaan/sumber penghasilan, agama, dan alamat.
c.       Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin, hubungandengan klien, dan status kesehatan.
2.      Keluhan Utama:  Biasanya pasien merasakan nyeri pada telinga kanan, perasaan tidak enak pada telinga, pendengaran berkurang, ketika membersihkan telinga keluar cairan berbau busuk
3.      Riwayat penyakit sekarang: pasien mengatakan Tanyakan sejak kapan keluhan dirasakan, apakah tiba-tiba atau perlahan-lahan, sejauh mana keluhan dirasakan, apa yang memperberat dan memperingan keluhan dan apa usaha yang telah dilakukan untuk mengurangi keluhan.
4.      Riwayat penyakit dahulu: Tanyakan pada klien dan keluarganya ; apakah klien dahulu    pernah menderita sakit seperti ini, apakah sebelumnya pernah menderita penyakit lain, seperti panas tinggi, kejang, apakah klien sering mengorek-ngorek telinga dengan jepit rambut atau cutton buds sehingga terjadi trauma, apakah klien sering berenang.
5.      Riwayat penyakit keluarga: Apakah ada diantara anggota keluarga klien yang menderita penyakit seperti klien saat ini dan apakah keluarga pernah menderita penyakit DM.
6.      Pemeriksaan Fisik
a.       Inspeksi :
Inspeksi liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau, pembengkakan pada MAE, warna kulit telinga, apakah terdapat benda asing, peradangan, tumor. Inspeksi dapat menggunakan alat otoskopik (untuk melihat MAE sampai ke membran timpany). Apakah suhu tubuh klien meningkat.
b.      Palpasi:
Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeri dari klien, maka dapat dipastikan klien menderita otitis eksterna sirkumskripta.
7.      Pemenuhan kebutusan dasar manusia
a.       Pola pemenuhan nutrisi metabolik
-             Intake makanan dan cairan
b.      Pola Persepsi Konsep Diri
-             Pandangan klien tentang sakitnya
-             Kecemasan
-             Konsep Diri
c.       Pola peran dan hubungan
-             Komunikasi hubungan dengan orang lain, kemampuan keuangan


B.                 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Nyeri Akut Berhubungan dengan proses inflamasi
2.      Gangguan persepsi pendengaran berhubungan dengan penurunan fungsi organ
3.      Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
4.      Cemas berhubungan dengan koping mal adaptif
5.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan interpretasi
C.                  INTERVENSI


Diagnosa Keperawatan
 Tujuan  dan Kriteria  hasil
Intervensi
Nyeri Akut Berhubungan dengan proses inflamasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam  diharapkan klien  tidak mengalami nyeri dengan kriteria hasil :
1.       Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri,mampu menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri,mencari bantuan )
2.      Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3.      Mampu mengenali nyeri skala dan intensitas,frekuensi dan tanda nyeri.
4.      Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5.      Tanda vital dalam rentang normal.
a.       Kaji nyeri atau ketidaknyamanan pada klien pada skala 0-10
R/: Karakteristik nyeri dapat menunjukkan derajat berat/ ringannya penyakit
b.      Lakukan manajemen nyeri dengan teknik nonfarmakologis misalnya kompres hangat atau dingin dan masase pada saat sebelum, setelah dan jika memungkinkan selama aktivitas yang menimbulkan nyeri.
R/: Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian, dan meningkatkan kemampuan koping
c.        Anjurkan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan nyeri tidak dapat dicapai
R/: Mencoba untuk mentolenransi nyeri, daripada meminta analgetik
d.      Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
R/:nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu penanganan untuk memudahkan istirahat adekuat dan penyembuhan.







Gangguan persepsi pendengaran b.d penurunan fungsi organ












Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam,gagguan persepsi sensori dapat teratasi dengan kriteria hasil :
 Mampu menunjukan pemahaman / sinyal respon
NIC :
a.       Berbicara dengan suara yang jelas
R/ : memudahkan klien untuk mendengar dan memhami komunikasi terkait dengan tindakan yang akan dilakukan.  
b.      Menggunakan kalimat atau bahasa yang mudah dimengerti
R/: membantu pasien untuk memahami informasi terkait dengan penyakitnya.
c.       Berdiri dihadapan klien  saat berbicara
R/: menjaga kelangsunan proses komunikasi selama pemberian tindakan

Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi



































Cemas berhubungan dengan koping mal adaptif




































































Kurang pengetahuan
berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan interpretasi




Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali 24 jam suhu tubuh klien normal,dengan criteria hasil :
Pasien akan menunjukkan Termoregulasi ditandai dengan suhu normal tubuh 36o-37oC.

































Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali 24 jam,cemas klien dapat berkurang dengan criteria hasil :
a.      Ansietas berkurang, dibuktikan oleh bukti tingkat ansietas hanya ringan sampai sedang, dan selalu menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, konsentrasi dan koping.
b.     Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut :
-          Merencanakan strategi koping untuk situasi penuh tekanan
-          Menggunakan tekhnik relaksasi untuk meradakan ansietas.








































Setelah melakukan tindakan keperawatan selama 2 kali 24 jam klien mengerti: Proses penyakit otitis eksterna dengan kriteria hasil :
- klien mampu memahami  proses penyakitnya

a.    Pantau tekanan darah,suhu, denyut nadi dan frekuensi pernapasan.
R/: tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
b.   Anjurkan asupan cairan oral, sedikitnya 2 liter sehari, dengan tambahan cairan selama aktivitas yang berlebihan atau aktivitas sedang dalam cuaca panas.
R/: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
c.    Ajarkan pasien/keluarga dalam mengukur suhu tubuh.
R/: Untuk mencegah dan mengenali secara dini hipertermia (misalnya, sengatan panas, dan keletihan akibat panas)
d.   Kolaboratif: Berikan obat antipiuretik,jika perlu.
R:/Pemberian terapi penting bagi pasian dengan suhu tinggi.
a.    Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.
R/ : faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri, potensial siklus ansietas, dan dapat mempengaruhi upaya medik untuk mengontrol ansietas.
b.   Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas.
R/ : membantu pasien menurunkan ansietas dan memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi nyata.
c.    Berikan informasi faktual menyangkut diagnosis, terapi,dan prognosis.
R/: menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan/harapan yang akan datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan informasi tentang pengobatan.
d.   Jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya di alami selama prosedur.
R/: memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi, kerjasama penuh penting untuk keberhasilan hasil setelah prosedur
e.    Ajarkan teknik relaksasi misalnya imajinasi terbinbing, visualisasi.
R/ : memfokuskan perhatian pasien, membantu menurunkan Ansietas  dan meningkatkan proses penyembuhan
f.    Kolaborasi pemberian obat untuk menurunkan ansietas, jika perlu.
R/: dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan memudahkan istirahat.
a.    Kaji tingkat pengetahuan klien saat ini dan pemahaman terhadap proses penyakitnya.
R/: Mengetahui sejauh mana pasien paham tingkat penyakitnya
b.   Tentukan motivasi pasien untuk mempelajari informasi tentang proses penyakitnya.
R/: Pengetahuan pasien tentang penyakitnya dapat dikendalikan dengan informasi penyakit
c.      Berikan penyuluhan tentang proses penyakitnya sesuai dengan tingkat pemahaman pasien, ulangi informasi bila diperlukan
R/: Pengetahuan pasien tentang penyakitnya dapat dikendalikan dengan informasi penyakit
d.     Gunakan berbagai pendekatan penyuluhan, redemonstrasi, dan berikan umpan balik secara verbal dan tertulis.
R/: pasien mengetahui sesuatu yang berhubungan dengan penyakitnya
e.      Kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang terkait dalam pemberian informasi sumber-sumber komunitas yang dapat menolong pasien dalam mempertahankan program terapi.
R/: dengan kolaborasi pencegahan otitis dapat di lakukan dengan baik

No comments:

Post a Comment